KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan makalah ini dapat kami selesaikan pada waktunya. Penulisan makalah ini dengan tema “Perkembangan Sosial Pada Masa Dewasa Akhir”
Terima kasih kepada Ibu Prof. DR. Sarrtini Nurtoyo selaku pengasuh mata kuliah Psikologi Perekembangan Kognitif dan Sosial Kepribadian. Dalam hal ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan untuk kesempurnaan makalah ini kami mohon sumbangsih dalam mencapai kesempurnaan makalah ini.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dimasa yang mendatang.
Yogyakarta, November 2008
Penulis
PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MASA DEWASA AKHIR
Disampaikan Oleh : Al Munzir
A. PENDAHULUAN
Kita menyadari bahwa kehidupan kita berjalan kedepan akan tetapi dipahami dengan memandangnya kebelakang. Pada periode akhir dari rentang manusia ini, kita meninjau hidup kita, melihat kebelakang mengenai catatan-catatan perkembangan kita dan mengevaluasi seperti apa catatan catatan itu. Pada bab ini kita akan menjelaskan tentang teori-teori sosial mengenai penuaan, type orang dewasa lanjut, etnisitas, jender, kebudayaan, lingkungan dan interaksi sosial serta kesehatan dan kesejahteraan masa hidup.
B. TEORI-TEORI SOSIAL DEWASA LANJUT
Sejak dulu terdapat kepercayaan bahwa cara terbaik untuk untuk penuaan adalah memisahkan diri, dibawah ini beberapa teori penuaan
1. Teori Pemisahan (Disenggagement Theory)
Yaitu teori yang mengatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry, 1961). Pemisahan merupakan aktivitas timbal balik dimana orang-orang dewasa lanjut tidak hanya menjauh dari masyarakat, tetapi masyarakat juga menjauh dari mereka. Menurut teori ini orang-orang dewasa lanjut mengembangkan kesibukan terhadap dirinya sendiri (self-preocupation), mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap persoalan kemasyarakatan. Penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap diri sendiri dianggap mampu meningkatkan kepuasan hidup dikalangan orang-orang dewasa lanjut.
Teori ini meramalkan bahwa rendahnya semangat juang akan mengiringi aktivitas yang tinggi, bahwa pemisahan tidak dapat dihindari dan bahwa pemisahan dicari-cari oleh orang dewasa lanjut.
2. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori ini menyatakan bahwa individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya disepanjang masa dewasa akhir; jika peran-peran itu diambil dari mereka (seperti dalam PHK, misalnya), penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang akan memelihara kestabilan aktivitas dan keterlibatan orang dewasa lanjut didalam aktivitas kemasyarakatan.
3. Teori Rekontruksi Gangguan Sosial (sosial breakdown-recontroction theory).
Teori ini menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaaan layanan untuk mereka. Rekontruksi sosial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka.
Gangguran Sosial (social Breakdown) dimulai dari pandangan dunia sosial yang negatif yang diakhiri dengan identifikasi dan pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu (incompetent) sebagaimana prosesnya dapat kita lihat pada Gambar. 01. demikian juga dengan proses rekontruksi sosial yang bisa dilakukan dengan membalikkan gangguan sosial. Baik teori aktivitas maupun teori rekontruksi gangguan sosial menyatakan bahwa kapasitas dan kompetensi orang-orang dewasa lanjut jauh lebih tinggi daripada pengakuan masyarakat pada masa lampau. Dorongan untuk partisipasi orang-orang dewasa lanjut dimasyarakat seharusnya meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya sendiri.
Gambar. 01
Sindrom Gangguan Sosial
Gambar. 02
Sindrom Rekontruksi Sosial
C. STEREOTIP ORANG DEWASA LANJUT
Ageisme merupakan prasangka (prejudice) terhadap orang orang dewasa lanjut, ageisme ini merupakan salah satu dari kata-kata yang buruk dimasyarakat. Banyak orang dewasa lanjut yang menghadapai diskriminasi yang menyakitkan dan seringkali tersembunyi sehingga sulit untuk melawannya. Orang-orang dewasa lanjut mungkin tidak dipekerjakan pada pekerjaan-pekerjaan yang baru atau bahkan diberhentikan dari pekerjaan lama karena mereka dipandang terlalu kaku dan lemah pikiran. Mereka mungkin ditolak secara sosial, karena dipandang sudah pikun atau membosankan.
D. SOSIOKULTURAL
Orang dewasa lanjut biasanya akan kembali bekerja dalam pekerjaan berstatus rendah, dengan gaji rendah bahkan tampa tunjangan tambahan. Ada beberapa faktor yang terkait dengan penempatan orang dewasa lanjut dalam posisi status yang tinggi dalam suatu kebudayaan:
1. Memiliki pengetahui yang bernilai;
2. Mengontrol sumber-sumber penting keluarga;
3. Diperkenankan untuk terlibat didalam fungsi-fungsi yang berguna dan berharga bila mampu;
4. Kontinyuitas peran sepanjang hidup;
5. Perubahan peran terkait dengan usia melibatkan tanggungjawab yang lebih besar, otoritas dan kemampuan untuk memberi nasehat;
6. Dewasa lanjut terintegrasi dalam keluarga besar yang merupakan bentuk keluarga yang umum;
E. KELUARGA DAN HUBUNGAN SOSIAL
a. Pasangan Hidup
Masa dewasa akhir akan mengubah gaya hidup dan membutuhkan adaptasi. Perubahan yang besar terjadi didalam keluarga tradisional, dimana suami bekerja untuk menafkahi keluarganya dan si isteri menjadi pengurus rumah tangga (home-maker). Sisuami mungkin tidak tau harus melakkukan apa dengan waktu yang ada, dan si isteri mungkin tidak tenang melihat suaminya nongkrong dirumah seharian. Didalam keluarga tradisional keduanya mungkin butuh bergerak kearah peran-peran yang lebih tepat. Suami harus menyesuaikan diri dari pencari dan pemberi nafkah yang baik menjadi pembantu yang baik dirumah; isteri berubah dari sekedar seorang pengurus rumah tangga yang baik menjadi lebih mencintai dan memahami. Kebahagiaan orang dewasa lanjut juga dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing makanan untuk menghadapi konflik-konflik personal, termasuk penuaan dan sakit.
Orang-orang yang menikah dimasa dewasa akhir biasanya lebih berbahagia dibandingkan orang-orang yang hidupnya sendiri. Kepuasan ini lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Kemungkinannya karena wanita lebih menekankan pada pencapaian kepuasan daripada laki-laki. Orang-orang dewasa lanjut yang belum pernah menikah tampaknya memiliki kesulitan paling sidikit menghadapi kesepian di dewasa lanjut. Kebanyakan dari mereka sudah lama menemukan bagaimana hidup mandiri tampa harus bergantung kepada orang lain.
b. Kencan
Terkandang kita membayangkan bahwa individu dewasa lanjut tidak tertarik lagi dengan yang namanya kencan dan sementara mereka lebih memilih untuk santai dan menyibukkan diri dengan aktivitasnya, kenyataannya banyak dewasa lanjut yang melakukan hubungan seksual, meningkatnya kesehatan dan harapan hidup bagi dewasa lanjut talah menghasilkan mereka lebih aktif, dalam posisi seperti ini mereka juga juga tidak terhindar dari penceraian, dan terus meningkat bagi dewasa akhir kelompok aktif ini.
c. Persahabatan
Seseorang dewasa lanjut nampaknya memberikan nilai lebih pada penggunaan waktu mereka untuk sahabat-sahabat mereka dan ternyata lebih besar digunnakan waktunya dengan sahabat ketimbang dengan sanak saudaranya, peristiwa-peristiwa kehidupan barangkali berpengaruh bagi persahabatan, penceraian baik penceraian hidup maupun mati. Persahabatan biasanya memberi dukungan yang penting dalam periode ini. Seiring dengan menuanya individu mereka akan semakin sedikit tempat bergantung baik itu dukungan berupa emosional maupun finansial.
Interaksi sosial orang dewasa lanjut lebih cenderung meningkatkan jarak dengan orang-orang muda dan mereka lebih cenderung berinteraksi dengan sahabtnya dibandingkan dengan saudaranya.
d. Menjadi kakek dan nenek
Umumnya individu dewasa lanjut telah memiliki cucu dan kebanyakan dari mereka memiliki kontak yang reguler dengan cucu-cucu mereka, umumnya para nenek lebih merasa puas dengan statusnya dibandingkan dengan kakek, nenek dewasa lanjut lebih bersedia memberikan nasihatnya dan memikul tanggungjawab untuk mengawasi dan mendisiplinkan cucunya dibandingkan dengan sang kakek dan nenek yang telah lanjut usia. Kakek dan nenek dari pihak ibu lebih terasa dekat dengan cucunya dibandingkan kakek dan nenek dari pihak ayah.
Ada tiga (3) makna dari peran kakek/nenek yang menonjol
1. Sumber ganjaran dan kontinuitas biologis;
2. Sumber pemenuhan emosional, membangkitkan perasaan persahabatan dan kepuasan yang mungkin pernah hilang pada relasi awal orang-orang dewassa dengan anak-anak;
3. Sebagian kakek/nenek merasa tidak ada pengaruh atau tidak penting dengan statusnya sebagai kakek/nenek.
Peran kakek dan nenek mungkin memiliki fungsi yang berbeda-beda didalam kelompok etnik dan kultur yang berbeda-beda serta situasi yang berbeda-beda pula.
Berikut ada beberapa gaya kakek dan nenek dalam berinteraksi dengan cucu-cucunya.
a. Gaya formal : yaitu melakukan aya yang dianggap layak dan telah ditentukan;
b. Pencarian kesenangan (fun-seeking) : yaitu gaya informal, dimana dalam beinteraksi penuh dengan canda tawa dan menjadikan cucu sebagai sumber aktivitas luang;
c. Figur yang jauh : Dalam posisinya yang jauh biasanya kakek dan nenek penuh kebaikan hanya saja interaksi sosial yang kurang terjadi diantara mereka.
F. KESIMPULAN
Pada masa dewasa akhir, kita melepaskan masa muda dan membiasakan diri untuk hidup sebagai orang dewasa lanjut, dalam mempelajari orang-orang dewasa lanjut tentunya kita tidak luput dari mempelajari teori-teorinya, ulasan kita mengenai perkembangan sosial terpusat pada pasangan dewasa lanjut, kencan, persahabatan dan menjadi kakek dan nenek. Dalam menghadapi individu dewasa lanjut kita juga harus banyak kesabaran, karena kemampuan dan kekuatan mereka tidak sebanding dengan yang kita bayangkan ketika dia masih energik.
Dukungan sosial sangat membantu orang dewasa lanjut bagi kesehatan dan proses mentalnya, kemungkinan interaksi sosial dengan orang lain menyediakan dukungan sosial memberikan kepada kaum lanjut usia suatu pandangan terhadap diri sendiri yang lebih positif. Orang yang depresi memiliki hubungan sosial yang lebih kecil, mengalami masalah dengan anggota jaringan yang mereka miliki dan sering mengalami kehilangan dalam hidupnya.
G. REKOMENDASI
1. Memberikan label positif kepada Dewasa lanjut, sehingga pada proses akhirnya mereka juga terpacu untuk melakukan yang terbaik sejauh kemampuan yang dimilikinya;
2. Sebagai makhluk sosial maka sewajarnya kita mengharhgai dan memberikan dukungan yang memadai bagi individu dewasa lanjut;
3. Memberikan dan menumbuh kembangkan kepercayaan kepada individu dewasa akhir baik itu berupa kesempatan dalam memberikan nasihat maupun dalam berbuat sejauh kemampuan mereka;
4. Sebagai pengasuh kita senantiasa memahami kondisi dan perkembangan dewasa lanjut mengingat mereka lebih sensitif;
5. Untuk menjaga keseimbangan emosional, kesehatan fisik dan mental dewasa akhir maka kita harus membangun hubungan yang baik dengan mereka;
6. Memberikan pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga merasa diperhatikan yang pada akhirnya akan melahirkan semangat baru serta dapat memunculkan pandangan positif terhadap diri mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock W. John Life_ span development, University of Texas at Dallas, Erlangga 1995
Kamis, 11 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar