Selamat Datang di Blog Kami

Mohon Sumbang Saran Untuk Perbaikan dan Kebaikan

Sabtu, 20 Desember 2008

Psikologi Indigenius

Psikologi Indigenius

Agama Ibrahim
“Surat Al Baqarah ayat 130-134”








Disusun Oleh :
AL MUNZIR AS-SALAMY, S.Pd.I


Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Oktober 2008


Dalam penafsiran Al-Qur’an tidak dapat hanya dengan menafsirkan berdasar pikiran semata, karena Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka dalam menafsirkan harus mendasarkan kepada al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW terutama yang mengenai sebab-sebab turunnya ayat-ayat itu.
Sesudah itu barulah diperhatikan pula ucapan-ucapan dan pendapat-pendapat para sahabat Nabi dan penjelasan-penjelasan mereka mengenai maksud dari ayat-ayat yang sesuai dengan apa yang diucapkan dan diamalkan oleh Rasulullah SAW. Begitu juga penafsiran dengan penalaran yang disebut juga dengan tafsir bir ra’yi dengan persyaratan tertentu, antara lain tidak bertentang dengan Al-Qur’an dan hadis serta didukung berbagai disiplin ilmu yang terkait.
Didalam tulisan ini, metode yang penulis pakai adalah metode tafsir muqaran (komperastif) dimana dalam memahami maksud ayat melihat ke berbagai kitab tafsir, di mana setiap ayat yang ditafsirkan terambil dari berbagai kitab tafsir. Karena dari perbedaan tafsir-tafsir itu dapat menimbulkan perbedaan memahami ayat-ayat Al Qur’an, maka untuk menarik kesimpulan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, diambil persamaan-persamaan dalam penafsiran tersebut.
Surat Al-Baqarah ayat 130 sampai 134 menerangkan tentang orang-orang yang benci kepada Agama Ibrahim yaitu mereka orang-orang yang di dalam hatinya telah ada rasa dengki dan dendam, karena itu mereka berpura-pura seperti orang-orang yang tidak mengetahui untuk menutupi rasa dengki dan dendam. Mereka adalah orang-orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan buruk dalam berpikir karena mereka menyimpang dari jalan Nabi Ibrahim yaitu orang yang terpilih menjadi kekasih Allah dan diakhirat kelak menjadi seorang yang shaleh dan bahagia.
Allah mengangkat Ibrahim sebagai seorang nabi dan rasul dan telah menjamin bahwa Ibrahim termasuk orang-orang Shaleh. Ibrahim pun menyatakan ketundukannya kepada Allah. Ibrahim pun memberi wasiat kepada putra-putranya agar selalu konsisten dengan agama Islam.
Orang-orang Yahudi sering mengatakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Di antara ucapan mereka adalah mengatakan bahwa Ya’kub berwasiat kepada anak-anak dan cucunya agar menganut agama Yahudi, padahal, yang dilakukan Ya’kub adalah berwasiat agar putra-putranya selalu menganut agama Allah yang dibawa oleh Ibrahim dan Muhammad di kemudian hari.
Umat-umat terdahulu yang telah berbuat, bertindak dan menentukan sikap akan dibalas sesuai dengan perbuatan mereka sendiri. Setiap orang mesti bertanggungjawab atas segala perbuatan, dan juga dibalasi sesuai dengan perbuatan baiknya.
Didalam tulisan ini hal yang perlu diperhatikan adalah dalam memahami setiap kalimat-kalimat yang ditafsirkan dari berbagai tafsir. Karena dari perbedaan tafsir-tafsir itu dapat menimbulkan perbedaan memahami ayat-ayat Al Qur’an. Untuk menarik kesimpulan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, diambil persamaan-persamaan dalam penafsiran tersebut.
















AGAMA IBRAHIM


Surat al Baqarah 130

                    
Artinya: Dan orang yang membenci agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.

• Tafsir Departemen Agama
Dalam tafsir Departemen Agama RI dikemukakan terlebih dahulu korelasi (munasabah) antara ayat-ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya, di mana ayat-ayat sebelumnya menerangkan tugas seorang rasul yang dido’akan Ibrahim kepada Allah SWT. sedangkan ayat ini menjelaskan agama Ibrahim, agama yang sama asasnya dengan agama yang akan disampaikan para rasul yang datang kemudian kepada umatnya. Lebih lanjut dalam Tafsir Departemen Agama dijelaskan, bahwa dalam ayat ini Allah tidak menjelaskan dasar-dasar kepercayaan agama Ibrahim tersebut. dasar-dasar agama Ibrahim itu dijelaskan dalam ayat lain, antara lain dalam surat Ali Imran : 95 :
    •        
Artinya: Katakanlah, benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.
Selanjutnya pada ayat 123 dari surat An-Nahl Allah menjelaskan bahwa agama Ibrahim atau agama Islam ialah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Firman Allah tersebut berbunyi :
    •         
Artinya: Kemudian kami wahyukan kepadamu ( Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah).

Kemudian ditegaskan Allah bahwa beragama itu merupakan fitrah manusia yang dianugerahkan Allah seperti yang ditegaskan Allah dalam surat Ar Rum ayat 30 :
         ••             ••   
Artinya: Maka hadapkanlah mukamu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan –perubahan atas fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani serta musyrik Makkah mengatakan bahwa mereka termasuk anak cucu Ibrahim. Bahkan, mereka membangga-banggakan diri dengan hal itu. Akan tetapi sebenarnya mereka tidak mengikuti agama Ibrahim, yaitu agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi sebaliknya, kebanyakan mereka mengikuti agama yang diciptakan hawa nafsu mereka, seperti menyembah berhala, mensekutukan Allah, mengatakan bahwa Allah mempunyai anak dan lain sebagainya.
Ayat ini merupakan berita gembira bagi Nabi Ibrahim bahwa beliau telah dipilih Allah di dunia di antara hamba-hamba-Nya dan di akhirat termasuk di dalam golongan orang-orang yang saleh. Informasi itu tercakup dalam kalimat : Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.

• Tafsir Al-Maraghi
Dalam melihat munasabah (korelasi) ini, nampaknya terjadi perbedaan antara Tafsir Departemen Agama dengan Tafsir Al-Maraghi, di mana Al-Maraghi melihatnya bahwa pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan tentang ujian kepada Nabi Ibrahim dan dia lulus dalam ujian tersebut secara baik dan sempurna. Selanjutnya dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan millah yang diserukan Ibrahim, yaitu mengajak kepada ajaran tauhid dan Islam (menyerahkan diri) kepada Allah di dalam melaksanakan perbuatan. Tidak sepantasnya seseorang berpaling dari ajaran tersebut, terkecuali bagi orang-orang yang sengaja menjerumuskan diri ke jurang kehinaan.
Adapun maksud ayat 130 ini adalah bahwa ayat ini diawali dengan informasi “ Dan orang yang membenci agama Ibrahim hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri”.
Selanjutnya bila dibandingkan dengan penafsiran Dep. Agama, nampaknya tidak jauh berbeda. Al-Maraghi menjelaskan lebih lanjut di mana seakan-akan Allah mengarahkan pembicaraan-Nya kepada musyrikin Makkah. Sesungguhnya agama kalian adalah agama nenek moyang, Ibrahim yang kalian banggakan. Kemudian kenapa kalian membencinya dan lebih memilih menyembah Tuhan selain Allah yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Apakah kalian tidak berfikir? Kami telah memilihnya di antara makhluk-Ku. Kemudian Kami jadikan anak cucunya sebagai imam-imam yang menggunakan petunjuk-Ku. Dan Kami jadikan Ibrahim sebagai seorang yang disaksikan umat manusia sebagai orang yang ahli kebajikan dan penganjur umat manusia agar mengamalkan ajaran yang dibawa.



• Tafsir Al-Misbah
Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab mengemukakan bahwa tidak ada yang benci kepada Agama Ibrahim, yang amat sempurna lagi jelas itu melainkan orang yang memperbodohi dirinya sendiri, yakni belum atau tidak lurus cara berpikirnya, tetapi menduganya lurus sehingga bertindak keliru. Betapa ia tidak memperbodohi dirinya sendiri, sedangkan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dengan mengangkatnya sebagai Nabi dan teladan. Ada yang menduga bahwa kedudukan yang diperoleh di dunia adalah pertanda tingginya kedudukan di akhirat. Dugaan ini disanggah oleh Allah antara lain dengan menambahkan pada ayat di atas, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Selanjutnya Surat Al-Baqarah ayat 131 :
          
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim). “ Berserah dirilah!” Dia menjawab. “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”

• Tafsir Departemen Agama
Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya oleh Tim Departemen Agama dijelaskan bahwa pada ayat ini Allah memerintahkan agar Ibrahim menjadi seorang muslim, mengakui keesaan Allah, agaama yang sesuai dengan akal pikiran, disertai dengan dalil-dalil atau bukti-bukti yang nyata, agama yang akana dilanjutkan penyampaiannya oleh para rasul yang datang kemudian, termasuk Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Ibrahim AS langsung menjawab perintah Allah itu tanpa menanyatakan sesuatu pun : “ Aku tunduk dan patuh kepada Tuhan semesta alam”. Maksudnya ialah aku murnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah saja. Seluruh wajahku aku hadapkan kepada-Nya. Ibadahku, hidupku dan matiku untuk Tuhan semesta alam. Allah berfirman :
             
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Q.S. Al-An’am: 79).

• Tafsir Al-Maraghi
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi mengatakan bahwa Allah memilih Ibrahim karena seruannya terhadap ajaran Islam setelah melihat tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah dengan mata kepala. Kemudian Ibrahim menyadari dirinya, lalu mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah.
Nabi Ibrahim dilahirkan di suatu lingkungan yang penduduknya menyembah berhala dan bintang-bintang. Kemudian Allah menyinari Nabi Ibrahim dan memberi ilham kebenaran. Akhirnya Nabi Ibrahim menyadari bahwa alam semesta ini hanya mempunyai satu Tuhan yang mengatur dan menciptakan semua yang ada ini, dan hanya kepada-Nya semua ini akan kembali.
Akan tetapi, ajakan Ibrahim ini ditolak oleh kaumnya. Kemudian Ibrahim memberikan jawaban yang membuat kaumnya terheran, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-An’am ayat 80 :
                       •      
Artinya: Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah…

Selanjutnya surat Al-Baqarah : 132
      •          
Artinya: Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub, “Wahai anak-anakku ! Sesungguhnya Allah telah memilih agama untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Lalu firman-Nya dalam Surat Al- Baqarah : 133
                           
Artinya: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’kub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “ Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Mahaesa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya”.

• Tafsir Dep. Agama
Dalam tafsir Depag ini tidak ada kata atau kalimat yang rancu atau membingungkan. Dalam penafsirannya sudah cukup jelas dipahami ditambah dengan tafsir –tafsir pendukung lainnya.
Dalam tafsir ini juga dijelaskan sebab turunnya ayat ini, yaitu ketika orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah SAW. “ Tidakkah engkau mengetahui bahwa Ya’kub dihari-hari menghadapi kematiannya mewasiatkan kepada putra-putranya agar memeluk agama Yahidi? Maka turunlah ayat ini sebagai bantahan terhadap pernyataan orang-orang Yahudi tersebut”. Jadi, ayat ini menentang kebenaran ucapan orang-orang Yahudi, kenapa mereka berani mengucapkan yang demikian, pada hal mereka tidak menghadirinya. Adapun yang diwasiatkan Ya’kub kepada putra-putranya adalah agar mereka menyembah Allah dan agar mereka beragama Islam, yaitu agama yang dianut Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, Isa dan yang dianut oleh para nabi.
• Tafsir Al-Maraghi.
Dalam tafsir Al-Maraghi secara garis besar penafsirannya hampir sama dengan tafsir Depag, hanya dalam tafsir Al-Maraghi ini ada beberapa surat dan hadis lain sebagai pendukung tafsir ini.
“…Dan jauhkanlah aku dan anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.(Ibrahim, 14 : 35)
Maksudnya adalah untuk membuat anak-anaknya agar mereka tetap teguh pada pendiriannya di dalam Islam, ajaran tauhid dan segala perbuatan hanya karena Allah, dan untuk mencari ridha-Nya. Juga menjauhkan diri darikemusyrikan, seperti menyembah berhala dan lain-lain selain Tuhan.
Disini Nabi Ismail disejajarkan dengan ayah, yakni Ya’qub, padahal Ismail adalah pamannya, bukan ayah mereka. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis Nabi yang mengatakan :
“Paman seseorang sama (hukumnya) dengan ayahnya (sendiri)”.
Ayat ini memberikan petunjuk bahwa agama Allah itu tetap satu. Dan di dalam ajaran nabi manapun, intinya adalah tauhid atau mengesakan Allah, di samping menyerahkan diri kepada-Nya dan taat terhadap petunjuk para nabi. Karenanya, banyak kita jumpai para nabi selalu mewasiatkan kepada umatnya seperti yang tersebut di dalam ayat berikut ini :
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu, ‘Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…’”.(Asy-Syura, 42 : 13)


• Tafsir Misbah.
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya? Tentu saja tidak! Kalau demikian, mengapa Allah memerintahkan bertanya tentang kehadiran mereka, bukan bertanya tentang kehadiran mereka. Dalam Taurat maupun Injil tidak ditemukan perintah mempersekutukan Allah, sehingga tidak ada alasan lain yang dapat diajukan oleh mereka yang enggan menyembah Allah, kecuali bahwa mereka sendiri yang pernah mendengarnya langsung.
Ayat ini (Al-Baqarah : 133) menjelaskan wasiat itu dalam bentuk yang sangat meyakinkan. Mereka ditanya oleh Ya’qub, lalu setelah mereka sendiri menjawab, jawaban itulah yang merupakan wasiat Ya’qub : “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mengapa redaksi pertanyaan itu berbunyi “apa” dan bukan ”siapa” yang kamu sembah? Karena kata “apa” dapat mencakup lebih banyak hal dari kata “siapa”. Bukankah ada orang Yahudi pernah menyembah makhluk tak berakal, seperti anak sapi, berhala dan lain-lain. Mereka Menjawab : “ Kami kini dan akan datang terus menerus menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, dan putra Ibrahim dan lagi pamanmu yang sepangkat dengan ayahmu yaitu Ismail dan juga ayah kandungmu wahai ayah kami Ya’qub, yaitu Ishaq.

Selanjutnya Surat Al-Baqarah ayat 134 :
 •        •        
Artinya: Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.


• Tafsir Departemen Agama
Menurut Tafsir Dep. Agama, ayat ini mengisyaratkan umat-umat yang dahulu dan perbuatan-perbuatan mereka, yaitu umat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi yang dido’akannya yang telah diterangkan apada ayat sebelumnya. Dan juga ayat ini menegaskan bahwa manusia itu dinilai dan dibalas berdasarkan amalnya, sehingga tidak seorang pun yang daapat memberi pertolongan kepada mereka selain Allah.
• Tafsir Al-Maraghi
Dalam menjelaskan ayat ini, Al-Maraghi mengaitkannya dengan sunnatullah (ketentuan Allah), di mana Allah tidak akan membalasi kecuali berdasarkan amal perbuatan mereka sendiri. Dan juga tidak akan ditanyakan (diminta pertanggung jawaban) kecuali amal-amal yang mereka kerjakan sendiri. Sebagai penguat, Al-Maraghi mengemukakan firman Allah dalam surat An-Najm ayat 36 -39 :
                        
Artinya: Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa, dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? ( Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
Pembahasan
Dari berbagai tafsir yang dibahas diatas dapat diketahui bahwa dalam Tafsir Departemen Agama dikatakan bahwa dalam ayat ini Allah tidak menerangkan agama Ibrahim itu. Penulis memandang perlu juga dikemukakan walaupun secara singkat apa yang dimaksud dengan millah tersebut.
Sedangkan di dalam Tafsir Al Maraghi Allah menjelaskan millah (agama) yang diserukan Ibrahim, yakni mengajak kepada ajaran Tauhid dan Islam (menyerahkan diri) kepada Allah di dalam melaksanakan perbuatan. Tidak sepantasnya seseorang berpaling dari ajaran tersebut, dan orang yang berakal sehat tentu tidak akan meninggalkan ajaran ini. Terkecuali bagi orang-orang yang sengaja menjerumuskan diri ke jurang kehinaan.
Berbeda lagi dengan Tafsir Al-Mishbah, didalam tafsir tersebut diterangkan kata ( ) millah. Kata millah biasanya diartikan agama, hanya saja berbeda dengan kata din, kata din atau agama dapat diucapkan berdiri sendiri. Di sisi lain kata Millah biasanya digunakan untuk menunjuk kepada sekumpulan ajaran, berbeda dengan kata din yang dapat digunakan untuk menunjuk kepada salah satu atau beberapa rinciannya.



















KESIMPULAN

• Yang benci kepada agama Ibrahim ialah orang orang yang memalingkan tanda-tanda kekuasaan Allah dan didalam hati mereka telah ada rasa dengki dan dendam. Untuk menutupi rasa dengki itu mereka berpura-pura tidak mengerti dan tidak tahu, itulah mereka yang membodohi dirinya sendiri.

• Allah telah mengangkat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul serta telah menjamin bahwa Ibrahim termasuk orang-orang yang saleh dan memberikan tempat yang terhormat di akhirat.

• Ibrahim mematuhi perintah Allah dan menyatakan tunduk dan patuh kepada Tuhan semesta alam. Perintah Allah juga diwasiatkannya kepada anak cucunya dan kaum muslimin agar selalu menganut agama Islam.

• Orang-orang Yahudi mengatakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Mereka berani mengatakan bahwa Ya’kub AS berwasiat kepada anak cucunya agar menganut agama Yahudi, pada hal mereka tidak hadir sewaktu Ya’kub berwasiat itu. Wasiat Ya’kub sebenarnya adalah agar anak-cucunya menganut agama Ibrahim, agama yang hanya menyembah kepada Allah.

• Umat-umat yang telah lalu sudah berbuat, bertindak dan menentukan sikap terhadap nabi mereka. Oleh karena itu, mereka akan dibalas sesuai dengan kadar dan volume amalan mereka. Tidak seorang pun yang akan diminta pertanggungjawaban di luar amal, perbuatan dan tugasnya.

• Sangat banyak sekali kita temukan didalam Alquran tentang kebenarannya agama Ibrahin dan perintah kepada umat manusia untuk mengikuti agama ibrahim yang lurus itu

Tidak ada komentar: