Selamat Datang di Blog Kami

Mohon Sumbang Saran Untuk Perbaikan dan Kebaikan

Kamis, 25 Desember 2008

Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Albert Bandura



Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
dari Albert Bandura

oleh : Al Munzir As-salamy

I. LATAR BELAKANG TEORI
Bandura menempuh pendidikan kesarjanaannyadi bidang psikologi klinis di Universitas Iowa dan mencapai gelar Ph.D. pada tahun 1952. Setelah menempuh pelatihan post-doktoral di bidang klinis selama satu tahun, pada tahun 1953 Bandura bekerja di Universitas Stanford, di mana kini ia menjadi Profesor David Starr dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Ia pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 terpilih menjadi Ketua American Psychological Association.
Penelitian Bandura mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar sosial, dan lewat penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas. Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan identifikasi (Bandura, 1962; Bandura dan Huston, 1961; Bandura, Ross, dan Ross, 1961 1963a dan b), Perkuat Sosial (Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan Pemonitoran (Bandura dan Kupers, 1964), serta Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan (Bandura, Blanchart, dan Ritter, 1969).
Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression (1959), suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah, disusul dengan Social Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana ia dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973, Aggression: A social learning analysis. Dalam bukunya yang secara teoretis ambisius, Social Learning Theory (1977), ia telah “berusaha menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia”.
Sama seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati tingkah laku orang lain, individu-individu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya.
Dalam bukunya terbutan 1941, Social larning and imitation, Miller dan Dollard telah mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam perkembangan kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah laku imitatif tertentu. Tetapi hanya sedikit pakar lain peneliti kepribadian mencoba memasukan gejala belajar lewat observasi ke dalam teori-teori belajar mereka, bahkan Miller dan Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam tulisan-tulisan mereka yang kemudian. Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki kelalaian tersebut, tetapi juga memperluas analisis terhadap belajar lewat observasi ini melampaui jenis-jenis situasi terbatas yang ditelaah oleh Miller dan Dollard.


II. ESENSI TEORI
Bagi Bandura, walaupun prinsip belajar sosial cukup menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomea penting yang diabaikan atau ditolak olrh paradigma behaviorisme.
Pertama, Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.
Kedua, bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara.
Teori Belajar Sosial (Social Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep :
1. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.
2. Tanpa Renforsemen (beyond reinforcement), Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
3. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkahlakunya sendiri.


Hubungan antara tingkah laku (T) – Pribadi (P) – Lingkungan (L) menurut Pavlop, Skinner; Lewin dan Bandura.


















Bandura melukiskan :
Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977)

Teori Belajar Sosial dari bandura yang paling luas diteliti adalah Efikasi Diri dan Penelitian Observasi (Penelitian Modeling).

a. Efikasi Diri
Dua pengertian penting :
1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation) adalah “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.“ Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
2. Ekspektasi hasil (outcome expectation): perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bias atau tidak bias mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.
Seorang dokter ahli bedah, pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar professional. Namun ekspektasi hasilnya bias rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung kepada daya tahan jantung pasien, kemurnia obat abtibiotik, sterilisasi dan infeksi, dan sebagainya.

Sumber Efikasi Diri
Perubahan tingkah laku, dalam system bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber yakni :
1. Pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment),
2. Pengalaman Vikarius (vicarious experience),
3. Persuasi Sosial (Social Persuation) dan
4. Pembangkitan Emosi (Emotional/Psysilogical states).

Strategi Pengubahan Sumber Ekspektasi Efikasi
Sumber Cara Induksi
Pengalaman Performasi Participant Modelling Meniru model yang berprestasi
Performance desensilization Menghilangkan pengaruh buruk prestasi masa lalu
Performance Exposure Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih
Self-instructed performance Melatih diri untuk melakukan yang terbaik
Pengalaman Vikarius Live Modelling Mengamati Model yang nyata
Symbolic Modelling Mengamati model simbolik, film, komik, cerita
Persuasi Verbal Sugestion Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar kepercayaan
Exhortation Nasihat, peringatan yang mendesak/memaksa
Self-instruction Memerintah diri sendiri
Intrepretive Treatment Interpretasi baru memperbaiki interpretasi lama yang salah
Pembangkitan Emosi Attribution Mengubah atribusi, penanggungjawab suatu kejadian emosional
Relaxation biofeedback relaksasi
Symbolic desensilization Menghilangkan sikap emosional dengan modeling simbolik
Symbolic Exposure Memunculkan emosi secara simbolik


Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responseif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku.

Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkah laku

Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi Responsif Suskses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya
Rendah Tidak Responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit
Tinggi Tidak Responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan
Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu


b. Belajar Melalui Observasi
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa renforsemen yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari tingkahlakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhinggai banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan dan penguatan.

- Peniruan (modelling) Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (oranglain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkahlaku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.
- Modeling tingkah laku baru : Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkahlaku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkahlaku model ditransformasikan menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasikan menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti.
- Modeling Mengubah Tingkah laku lama : Dua dampat modeling terhadap tingkah laku lama : pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkahlaku model itu diganjar atau dihukum.
- Modeling Simbolik: Dewasa ini sebagian besar tingkahlaku berbentuk simbolik. Film dan televisi menyajikan contoh tingkahlaku yang tidak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.
- Modeling Kondisioning: Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modelilng semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.

Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui Observasi.
1. Perhatian (attention process)
2. Representasi (representasi process)
3. Peniruan tingkah laku model (behavior production process)
4. Motivasi dan Penguatan (motivation and reinforcemen process)

III. APLIKASI TEORI
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan trtmen, yakni :
1. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling): mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut). Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut; modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata.
2. Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
3. Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.


IV. REFERENSI

Hall, Calvis S. & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian - Edisi Revisi. Malang :UMM Press

Davindoff. Linda L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sabtu, 20 Desember 2008

Perkembangan Anak


MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN ANAK NORMAL DAN KEBIASAAN-KEBIASAANNYA
Ditulis oleh adzanwahiddien di/pada September 26, 2008
PERKEMBANGAN ANAK NORMAL DAN KEBIASAAN-KEBIASAANNYA
Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang tidak akan dapat ditolak, terlepas dari kehendak individu yang bersangkutan. Proses tersebut berjalan dengan kodrati dan melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan olehNya. Alloh berfirman dalam surat Al Mukminun 14 :
وقد خلقكم أطوارا !
Artinya : Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian ( Q.S. 71 : 14 )
Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan individu yang bersifat tetap menuju kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Menurut Werner (1969) yang dikutip oleh Monks dkk dalam buku psikologi perkembangan menyatakan bahwa pengertian perkembangan individu menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja diulang kembali. Perkembangan individu menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali ( Monks Dkk : 2004 : 1 )
Proses perkembangan selalu menuju proses differensiasi dan integrasi. Proses differensiasi artinya ada prinsip totalitas pada diri individu. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi sangat nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan secara berantai. Walaupun tidak ada pemisah yang jelas antara masing-masing tahapan tersebut, proses perkemangan ini bersifat universal.
Dalam proses perkembangan dikenal adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak konstan terkadang naik terkadang turun. Pada suatau saat individu mengalami perkembangan yang tenang pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. ( Alex sobur : 2003 : 143 )
Menurut para ahli psykologi individu biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis yang biasanya disebut Trotz. Masa ini terjadi dalam periode :
1. Periode pertama : terjadi pada usia 2 – 3 tahun dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu mendahulukan kepentingan diri sendiri.
2. Periode kedua : Terjadi pada usia antara 14 – 17 tahun dengan ciri utama sering membantah orang tuanya dan cenderung mencari identitas diri.
Tentang Trotz yang kedua diatas perlu digaris bawahi bahwa usia 14 – 17 tahun bukanlah harga mati. Artinya rentang usia remaja yang mengalami krisis tahap kedua ini dimasing-masing daerah mungkin berbeda boleh jadi lebih cepat atau lebih lambat.
Proses perkembangan individu memiliki karakter kecepatan yang bervariasi. Dengan kata lain ada individu memiliki tingkat perkembangan cepat, sedang dan lambat. Tingkat proses perkembangan individu tersebut diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.
A. Perkembangan Anak
Makna perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih komleks dan lebih berdiferensiasi (Berk, 2003). Jadi berbicara soal perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah perubahan apa saja yang terjadi pada diri seorang anak dalam proses perkembangan ? Untuk menjawab pertanyaan itu maka perlu dipahami tentang aspek-aspek perkembangan.
1. Aspek-Aspek Perkembangan
a. Perkembangan fisik yaitu perubahan dalam ukuran tubuh, proporsi anggota badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta kesehatan.
b. Perkembangan kognitif yaitu perubahan yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk didalamnya rentang perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan sesuatu dengan mengunakan bahasa.
c. Perkembangan sosial-emosional yaitu perkembangan berkomunikasi secara emosional, memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, pengetahuan tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, menjalin persabatan, dan pengertian tentang moral
Harus dipahami dengan sungguh sungguh bahwa ketiga aspek perkembangan itu merupakan satu kesatuan yang utuh (terpadu), tidak terpisahkan satu sama lain. Setiap aspek perkembangan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek lainnya. Sebagai contoh perkembangan fisik seorang anak seperti meraih, duduk, merangkak, dan berjalan sangat mempengaruh terhadap perkembangan kognitif anak yaitu dalam memahami lingkungan sekitar di mana ia berada. Ketika seorang anak mencapai tingkat perkembangan tertentu dalam berpikifr (kognitif) dan lebih terampil dalam bertindak, maka akan mendapat respon dan stimulasi lebih banyak dari orang dewasa, seperti dalam melakukan permaianan, percakapan dan berkomunikasi sehingga anak dapat mencapai keterampilan baru (aspek sosial-emosional). Hal seperti ini memperkaya pengalaman dan pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya semua aspek perkembangan secara menyeluruh. Dengan kata lain perkembangan itu tidak terjadi secara sendiri-sendiri.
2. Periode Perkembangan
Para peneliti biasanya membagi segmen perkembangan anak ke dalam lima periode (Berk, 2003). Ketika anak mencapai perkembangan pada periode tertentu maka akan dipereroleh kemampuan dan pengalaman sosial-emosional yang baru. Periode pra-lahir : sejak masa konsepsi sampai lahir. Pada periode ini terjadi perubahan yang paling cepat. Periode masa bayi dan kanak-kanak: Sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada periode ini terjadi perubahan badan dan pertumbuhan otak yang dramatis, mendukung terjadinya saling berhubungan antara kemampuan gerak, persepsi, kapasitas kecerdasan, bahasa dan terjadi untuk pertama kali berinteraksi secara akrab dengan orang lain. Masa bayi dihabiskan pada tahun pertama sedanga masa kanak-anak dihabiskan pada tahun kedua.
Periode awal masa anak : dari usia 2 tahun sampai 6 tahun. Pada periode ini ukuran badan menjadi lebih tinggi, keterampilan motorik menjadi lebih luwes, mulai dapat mengontrol diri sendiri dan dapat memenuhi menjadi lebih luas. Pada masa ini anak mulai bermain dengan membentuk kelompok teman sebaya. Periode masa anak-anak: dari usia 6 sampai 11 tahun. Pada masa ini anak belajar tentang dunianya lebih luas dan mulai dapat menguasai tanggung jawab, mulai memahami aturan, mulai menguasai proes berpikir logis, mulai menguasai keterampilan baca tulis, dan lebih maju dalam memahami diri sendiri, dan pertemanan. Periode masa remaja: dari usia 11-20 tahun. Periode ini adalah jembatan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Terjadi kematangan seksual, berpikir menjadi lebih abstrak dan idealistik
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Untuk melihat faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak, maka muncul pertanyaan: apakah perkembangan itu prasyarat untuk bisa belajar atau perkembangan itu hasil dari proses belajar ? Pertanyaan itu bisa dijawab ya, bahwa perkembangan itu prasyarat untuk bisa belajar. Artinya jika seorang anak belajar perlu didasari oleh kesiapan (kematangan) yang dicapai dalam perkembangan. Misalnya seorang anak tidak mungkin akan bisa belajar bahasa dan bicara jika belum mencapai kesiapan (kematangan), meskipun lingkungan diciptakan sedemikian rupa agar anak dapat belajar bahasa dan bicara. Sebaliknya, pertanyaan itu bisa dijawab ya bahwa perkembangan itu adalah hasil belajar. Artinya perubahan yang terjadi pada diri seorang anak diperoleh melaui proses interaksi dengan lingkungannya. Misalnya meskipun setiap anak memiliki potensi untuk belajar bahasa dan bicara dan telah mencapai kematangan untuk siap belajar, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mendapatkan rangsangan dari luar (lingkungan) untuk belajar, maka anak itu tidak akan memperoleh keterampilan berbahasa.
Oleh karena itu terdapat hubungan timbal balik atau saling mempenagruhi antara proses belajar dalam lingkungan dengan kematangan perkembangan. Dengan kata lain pada saat tetentu belajar ditentukan oleh kematangan perkembangan, tetapi pada saat yang lain perkembangan adalah hasil dari proses belajar. Konsekuensi dari keadaan ini maka jika seorang anak mengalami hambatan dalam mencapai kematangan perkembangan karena ada gangguan pada aspek fisik atau kognitif atau sosial-emosional maka dapat dipastikan akan mengalami hambatan belajar, dan anak yang mengalami hambatan belajar akan mengalami hamabtan perkembangan. Anak yang mengalami hambatan belajar dan atau hambatan perkembangan, memerlukan layanan khusus dalam pendidikan dan disebut anak berkebutuhan khusus.
Tahap perkembangan berdasarkan psikologi Para ahli yang menggunakan aspes psikologi sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang ada ke fase yang lain. Dalam pekembangannya para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu evaluasi berubah menjadi revolusi. Kegoncangan psikis itu dialami hamper semua orang, karena itu dapat digunakans ebagai perpindahan darimasa satu kemasa yang lain dalam proses perkembangan. Oswald Kroc mendasarkan pembagian masa perkembangan pada krisis-krisis atau kegoncangan-kegoncangan yang dialami anak dalam proses perkembangannya, yang disebutnya dengan dengan istilah Trotz periode. Menurutnya sepanjang kehidupan ini terdapat tiga kali masa Trotz yaitu :
a. Trotz – periode I, anak mengalami masa krisis pertama ketika ia berusia 3,0 – 5,0 tahun, masa ini disebut juga asa anak-anak awal.
b. Trotz – periode II, anak mengalami masa krisis kedua ketika ia berusia 11 – 12 tahun, masa ini termasuk masa kerahasiaan bersekolah.
c. Trotz – periode III, terjadi pada akhir masa remaja dan lebih tepat disebut dengan masa kematangan diri pada masa kritis.
Sifat-sifat anak trotz ini adalah meraja-raja, egosentris, keras kepala, pembangkang dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan memperoleh kebebasan dan perhatian. Memperhatikan periodesasi yang dikemukakan para ahli diatas baik dari segi biologi, didaktis maupun psikologis, maka dalam makalah ini ditulis urutan-urutan periodesasi sebagai berikut :
1. Masa intra – uterin (masa dalam kandungan) dan masa bayi
2. Masa anak kecil
3. Masa anak sekolah
4. Masa remaja
5. Masa dewasa
B. Kriteria Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan manusia
Sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap tahapan perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelum dan sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami tahapan perkembangan tersebut Ellizabeth Hurlock secara lengkap telah membagi tahapan perkembangan manusia dalam sepuluh tahapan / masa perkembangan, yaitu :
a. Masa sebelum lahir (Prenatal) selama 280 hari
b. Masa bayi baru lahir (new born) 0,0 – 2,0 minggu
c. Masa bayi ( baby hood ) 2 minggu – 2,0 tahun
d. Masa kanak-kanak awal (early childhood) 2,0 – 6,0 tahun
e. Masa kanak-kanak akhir (later childhood) 6,0 – 12,0 tahun
f. Masa puber (puberty) 11,0 / 12,0 – 15,0 / 16,0
g. Masa remaja (adolescence) 15,0 / 16,0 – 21,0 tahun
h. Masa dewasa awal (early adulthood) 21,0 – 40,0 tahun
i. Masa dewasa madya (middle adulthood) 40,0 – 60,0 tahun 10) Masa usia lanjut (later adulthood) 60,0 - …
Dari pembagian tahapan perkembangan diatas berarti bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu berlangsung sejak masa prenatal sampai anak selesai remaja.
C. Tugas-tugas Perkembangan Individu (Kebiasaan)Tugas perkembangan
adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan terseut adalah : kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu. Pembagian tugas-tuhgas pekembangan serta masing-masing fase atau tahapan adalah sebagai berikut :
a. Masa bayi dan anak kecil Untuk Belajar berjalan untuk Belajar makan makanan padat, Belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh Mencapai stabilitas fisiologi,Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang luar, Belajar mengetahui mana yang benar dan masa yang slah serta mengembangkan kata hati.
b. Masa anak sekolah Belajar ketangkasan untuk Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh, Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya, Belajar peran jenis kelamin untuk Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari, Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai, Belajar membebaskan ketergantungan diri untuk Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga.
c. Masa remaja untuk Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif untuk Menerima peranan social jenis kelamin sebagai pria atau wanita untuk Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social untuk Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki untuk Perkembangan skala nilai untuk Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih akurat untuk Persiapan mandiri secara ekonomi untuk Pemilihan dan latihan jabatan untuk Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
Setiap perkembangan manusia berlangsung secara bertahap sejak konsepsi sampai mati. Agar setiap tugas perkembangan, anak dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangan dengan baik diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik, diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik dari pihak pendidik.(orang tua dan guru) oleh karena itu setiap pendidik harus mengetahui tugas-tugas perkembangan yangharus diselesaikan anak pada setiap tahap perkembangannya.
Kesimpulan
“Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis (perubahan yang bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis), progresif (perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif/fisik mapun kualitatif/psikis), dan berkesinambungan (perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan) dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya”. (Yusuf, 2003:15). Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan secara berantai.
Referensi :
Zaenal Aliminhttp://www.blogger.com/profile/
Agustiani. Hendriati ( 2006 ) Psykologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung. Refika Aditama.
Yusuf Syamsu ( 2007 ) Psykologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Rosdakarya

Kisah Negeri Burung

Kisah Negri Burung
Alkisah di suatu negeri burung, tinggallah bermacam-macam keluarga burung. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang bersuara lembut hingga yang bersuara menggelegar. Mereka tinggal di suatu pulau nun jauh di balik bukit pegunungan.
Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di sana. Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok burung. Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai, burung Kondor, burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang bertugas melindungi dan menjaga keselamatan penghung negeri burung.
Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur. Kicau mereka selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan gesekan daun. Burung-burung berbulu warna warni, pemberi keindahan.
Mereka bertugas bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni bulunya terlihat semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan. Dan rasa gembira bisa menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang.
Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya. Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya, di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 3 anak elang yang nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah.
Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anak-anak elang. Kejam…? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan.
Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna.
Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon.
Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya: ”Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?”
Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan berkata: ”Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat”. Usai sang elang jantan berkata, induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkan kuat-kuat.
Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang. Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang jantan.
Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.
Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi sarang, ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi sarang sehingga ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati sang anak seraya berkata: ”Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat!”
Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang.
Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan. Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak kembali ke sarang.
Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang dalam jarak pendek. Hal pertama yang diajarkan induk dan elang dan elang jantan adalah berusaha agar tidak mendarat keras di dataran.
Lama berselang setelah melihat e dua saudaranya berlatih, si elang yang pernah jatuh bertanya pada ibunya:
”Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?”
”Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!” jawab si induk elang dengan penuh kasih.
”Tapi aku takut!’ ujar si anak
”Kami tahu, karenanya kami ta memaksa.” Jawab si induk elang lagi.
”Lalu apa yang harus kulakukan agar aku berani?” tanya si anak
”Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!”
”Bagaimana caranya?”
”Percayalah pada kami!” Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di tepi sarang.
Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak elang bertanya lagi.
”Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?”
Dengan tenang si elang jantan berkata: ”Anakku kalau kau tak pernah merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!”
Lalu si induk elang menambahkan: ”Mulailah dari sekarang, karena langkah kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari langkah awal, anakku!”
Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya sendiri. Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan.
Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung, maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun untuk melangkah. Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang kecil.
Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada digenggamanmu!
Sumber: Senyum_ibu, 14 Des 2006

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
FASE ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

Setiap memahami kepribadian anak dalam berbagai tingkat pendidikan perlu mengetahui dan memahami fase-fase pertumbuhan dan perkembangan individu, begitu juga orang tua sebagai pendidik kodrati bagi anak di rumah. Pengetahuan orang tua terhadap fase-fase, pertumbuhan dan perkembangan anak sangat menentukan terjadinya komunikasi dan interaksi yang baik antar anak dan orang tua, sehingga dengan demikian apa yang diinginkan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak menuju kepribadian yang mandiri dapat tercapai.
Sepanjang sejarah manusia tidak ada orang tua yang secara sengaja dan sadar memberikan pendidikan dan bimbingan kepada anaknya supaya anaknya tersebut mengalami kegagalan dalam hidupnya. Bahkan pada prinsipnya orang tua bercita-cita dan berusaha agar anaknya selalu sukses dalam kehidupannya kelak, tetapi namun demikian tidak jarang orang tua (mungkin karena tingkat pendidikan atau kurangnya kesadaran penuh dalam mendidik) mengalami kegagalan dalam rangka pembentukan kepribadian anak.
Membentuk kepribadian anak dengan baik di jaman kesejagatan dan modern ini tidaklah mudah. Di satu sisi jaman ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak kita memperoleh fasilitas yang serba “canggih” dan “wah”. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP, camera, dan berbagai peralatan yang amat jauh dengan jaman “ aku si anak singkong”. Kemajuan yang demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui media masa dengan teknologi yang sulit untuk dihindari. Misalnya: porno, kekerasan, konsumerisme, takhayul, klenik dan kemusyrikan melalui berbagai media informasi seperti internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd.
Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan tersebut faktanya tidak sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah, lebih seronok dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat “rayuan maut” publikasi yang memang dirancang secara apik oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua. Informasi tersebut masuk melalui jendela-jendela ICT (information communication technology).























BAB II
PEMBAHASAN

Pembentukan kepribadian anak dalam artian proses pencapaian kedewasaaan baik jasmani maupun rohani, sebaiknya di usahakan sejak dini secara konsisten dan berkesinambungan. Hal itu di lakukan agar orang tua dapat mewarnai kepribadian anak menjadi pribadi yang baik dan mandiri setelah dia menjadi dewasa.
Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan bahwa: Menurut aliran emprisme yang dipelopori oleh Jhon Locke (1632-1704) mengatakan bahwa: “Manusia itu sewaktu lahirnya adalah putih bersih, bagaikan tabularasa, menjadi apakah anak itu kelak sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman yang akan mengisi tabularasa tersebut”.
Kemudian aliran ini juga diikuti oleh Watson sebagai pelopornya mengatakan karena jiwa manusia itu sewaktu lahirnya adalah bersih, maka yang akan memberikan pengaruh terhadap pendidikan aank adalah lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang di laluinya. Oleh karena itu peran orang tua adalah menyesuaikan diri anak dengan lingkungan dan pengalaman yang dikehendakinya.
Dalam hal ini menurut penulis, kedua pendapat para pakar di atas masing-masing ada benarnya, hal ini membuktikan bahwa faktor bakat tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena lingkungan juga dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Hanya saja yang kurang dapat diterima adalah pendapat bahwa faktor pembawaan dan lingkungan mutlak mempengaruhi perkembangan hidup seseorang. Alasannya adalah karena masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan hidup seseorang seperti faktor ekonomi, pendidikan, psikologis dan pengalaman hidupnya. Dengan demikian yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang terdiri dari multi aspek.

Jika ditinjau lebih jauh setiap manusia yang dilahirkan selalu membawa potensi, apabila potensi itu tidak dibina dan dikembangankan dengan baik maka manusia tersebut dapat menyimpang dari fitrahnya. Pembinan fitrah harus disesuaikan dengan situasi rumah tangga dan keadaan lingkungan yang baik. Keluarga sebagai pendidik utama di rumah mesti memahami cara-cara mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh anak. Potensi yang dimiliki oleh setiap pribadi memang sangat variatif, pariasi inilah yang menunjukkan kemampuan dasar anak pada bidang-bidang tertentu.
Pola pendidikan yang demokratis yang menitik beratkan pada kebebasan untuk berbuat menurut kemampuan, akan mempermudah anak mengenali kemampuan dirinya sendiri serta mempermudah mengekspresikan potensi yang dimilikinya. Memberikan kebebasan kepada anak dengan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungannya membuat dia mengenal dengan lingkungannya. Dengan demikian melalui lingkungan dia dapat banyak belajar dan memperoleh banyak pengetahuan. Begitu juga sebaliknya pola pendidikan yang bersifat otoritarian akan mengaburkan atau bahkan menghilangkan potensi yang dimiliki anak.
Namun demikian pengawasan orang tua dalam makna pemberian kebebasan kepada anak untuk memilih dan berinteraksi dengan lingkungan, tidaklah dibiarkan begitu saja. Agar anak dapat berinteraksi lebih luas (dalam batas-batas yang bernilai positif) dan memiliki pengetahuan tentang norma-norma yang terdapat dalam agama maupun norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat, di sekolah, dan di mana saja anak itu berada orang tua mesti harus memperhatikan dan memberikan pengawasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Begitu besarnya peranan orang tua dalam mengembangkan potensi yang telah diberikan oleh Allah kepada setiap anaknya, agar anak tersebut tetap pada firah yang suci, sampai-sampai Nabi Muhammad mengatakan dalam hadits:
Artinya: “Abu Hurairah menceritakan, bahwa Nabi Muhammad SAW berkata tidak seorangpun yang di lahirkan, melainkan ia di lahirkan dalam keadaan fitrah maka ibu bapaknyalah yang menjadikan yahudi atau Nasrani atau Majusi (H.R Bukhari dan Muslim)
Menurut hadits di atas dapat dipahami bahwa dalam pengembangan fitrah setiap manusia yang dilahirkan tidak terlepas dari peran orang tua. Fitrah itu sendiri menurut Bastaman adalah “suci dan beriman”. Diibaratkan pada hadits tersebut bahwa jika anak menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi (sebagai sebuah kondisi penyimpangan fitrah dari fitrah Islami) adalah karena kesalahan orang tua dalam mendidik. Atau mungkin sekali orang tua ikut andil dalam memberikan sifat-sifat Keyahudian Kenasranian atau Kemajusian dalam diri anak atau mungkin juga orang tua itu tidak memahaminya atau memang dilakukan didasarkan atas sifat dan cara-cara orang tua yang ditiru oleh anak.
Untuk lebih jelas dan terarahnya potensi dasar yang dimiliki oleh manusia tersebut sesuai dengan konsep Islam, Allah menjelaskan dalam surat Ar-Rum: 30
Artinya: “Maka hadapkanlah mukamu kearah agama, serta condong kepada-Nya, itulah agama Allah yang dijadikan-Nya manusia sesuai dengan Dia, tidaklah bertukar perbuatan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi manusia banyak yang tidak mengetahuinya.

Pada ayat di atas ditegaskan bahwa dalam hal mengembangkan kepribadian menuju kepribadian yang Islami maka potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia senantiasa harus diarahkan atau dicondongkan pada hal-hal yang baik menurut pandangan agama. Sehingga dengan demikian kepribadiannya sebagai seorang muslim menjadi sangat jelas. Sardjonoprijo mengatakan bahwa fungsi kepribadian tersebut dalam diri seseorang adalah untuk “memberikan penjelasan tentang adanya perbedaan psikologis yang ada diantara manusia.
Dalam hal mengarahkan kepribadian anak sesuai dengan konsep-konsep agama Islam, serta menyadarkan anak bahwa dirinya sebagai makhluk tuhan mesti mempunyai fitrah sesuai dengan ajaran agama maka peranan pendidikan sangat penting dalam pembinaan kepribadian tersebut. Dalam hal inilah setiap unsur pendidik baik guru maupun orang tua harus sadar tentang tugas masing-masing.
Berbicara mengenai cara orang tua dalam mendidik anak, tentu saja tidak dapat terlepas dari pemahaman dan pandangan orang tua dalam mendidik. Cara-cara mereka dalam mendidik sangat menentukan corak kepribadian anak mereka. Secara umum Malcon Hardy dan Steve Hayes berpendapat, bahwa cara para orang tua memperlakukan anak-anak mereka bervariasi, sebagaimana tersebut di bawah ini yakni: “(1) Cara mereka memperlihatkan cinta dan perhatian, (2) Tipe dan konsistensi terhadap penghargaan dan hukuman yang mereka berikan, (3) Sikap membolehkan penekanan mereka terhadap agresi anak serta yang teakhir penekanan mereka terhadap kesesuaian prilaku berdasarkan peran kelamin”.
Selain itu siaf-sifat orang tua mendidik anak dapat dibagai menjadi tiga macam:
1. Orang tua otoriter atau autokratis, dimana orang tualah yang membuat semua keputusan
2. Demokratis, dimana orang tua mendorong anak untuk membenarkan apa yang diinginkannya
3. Laissez-faire, dimana orang tua membiarkan anak mencari jalannya sendiri.

Ketiga sifat-sifat orang tua di atas adalah refresentasi dari seluruh cara-cara yang dilakukan oleh orang tua dalam melakukan proses pendidikan dilingkungan masyarakat. Terlepas dari cara-cara dan sifat orang tua dalam mendidik anak di atas, sebaiknya perlu untuk di sadari bahwa dalam mendidik anak orang tua dituntut agar lebih sabar dan bijaksana dan diikuti dengan penuh kesadaran bahwa anak-anak itu adalah amanat yang dititipkan untuk dijaga dan dipelihara. Maka itulah anak merupakan harta yang paling berharga dalam sebuah perkawinan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi: 46 :
Artinya: “Harta benda dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia dan amal-amal yang kekal lagi baik, lebih baik pahalanya disisi tuhannya, dan lebih baik di cita-citanya”.

Berdasarkan pada ayat di atas, jelaslah anak itu merupakan titipan Allah yang diberikan kepada manusia selaku orang tua, sebagai sebuah perhiasan maka kewajiban orang tua untuk menjaga anaknya hingga dia menjadi dewasa.
Anak sebagai amanah dari Tuhan, memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi pribadi yang mandiri serta bisa menjadi generasi muda yang berprestasi maka anak harus mendapat pendidikan yang baik. Dalam pendidikan itu pemenuhan terhadap hak-hak anak harus diberikan baik berupa bimbingan maupun perlindungan.
Akan tetapi di dalam kehidupan sehari-hari masih banyak dijumpai berbagai pelanggaran hak anak dan dalam berbagai bentuknya. Salah satu di anataranya adalah dalam bentuk tindak kekerasan, baik itu dilakukan olerh orang tua di rumah maupun guru di sekolah. Banyak alasan yang diberikan dalam melakukan berbagai kekerasan terhadap anak misalnya penegakan disiplin, untuk masa depan anak atau peraturan pendidikan.
Pandangan masyarakat yang masih keliru tentang cara mendidik anak. Banyak para orang tua yang beranggapan bahwa anak adalah sub ordinat dari orang tua. Anak mesti mematuhi segala sesuatu yang diinginkan dan ditetapkan oleh orang tua. Jadi pendidikan yang diberikan kepada aak ibaratnya seperti pendidikan disiplin militer. Karena pandangan yang keliru itu jugalah banyak orang tua yang sering memberikan hukuman fisik atau psikologis kepada anak karena anak melanggar disiplin yang dibuat orang tua, tanpa memberi nasehat dan pembinan terlebih dahulu.
Menanggapi perilaku ini Abdullah Nashih Ulwan berkomentar: “Seperti yang telah kita ketahui bahwa hukuman dengan memukul adalah hal yang diterapkan dalam Islam, dan ini dilakukan pada tahap akhir setelah nasehat dan meninggalkannya”. Kemudian lebih lanjut dijelaskan oleh Syekh Adil Rasyid Ghamim:
“Wasiat Luqman terhadap putranya tentang pendidikan, yang diteruskan dengan perintah untuk menegakkan shalat. Dan Rasulullah pun telah menasehati kita tentang perintah shalat ini sebagaimana dikatakannya “perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk melakukan shalat pada umur 7 tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat pada umur sepuluh tahun) dan sebenarnya Rasulullah tidak membolehkan memukul anak kita pada umur 3 tahun hanya karena mereka tidak mau mengerjakan shalat sebab memukul anak pada usia itu justru akan menimbulkan pobia terhadap anak”.

Pendapat di atas dapat dipahami bahwa memukul anak dalam Islam dibolehkan jika telah dilakukan berbagai proses perbaikan namun anak tetap saja tidak mau melaksanakan perintah Allah. Bolehnya orang tua memukul anak, jika anak melanggar perintah Allah dan dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan.
“Dalam memberikan bimbingan kepada anak, tidak jarang orang tua menempuh cara yang salah jika diukur dari cara mendidik. Dimana anak yang di didik melalui sikap otoriter, anak dipaksa mengikuti kehendak orang tua sehingga ruang gerak anak-anak terbatas. Dalam pola asuh ini orang tua berkuasa penuh dan biasanya anak harus mengikuti apa yang akan dikemukakan orang tua dan mereka tidak memperkenalkan untuk membantah anak dianggap tidak menghormati mereka”.

Akibat kekeliruan dalam mendidik banyak terjadi tindakan orang tua otoriter dan kekerasan terhadap anak. Akibatnya menimbulkan kerugian yang luar biasa terhadap pembentukan kepribadian anak yang mandiri. Mereka banyak yang kurang percaya diri, stress, tidak kreatif, mudah emosional, sampai bahkan ada diantaranya yang bunuh diri karena tidak tahan terhadap perlakuan orang tua.
Disebabkan karena perlakuan otoritarian dan kekerasan yang mereka terima sejak kecil menjadikan mereka sebagai individual yang gemar melakukan tindakan kekerasan setelah mereka menjadi dewasa. Akibat dari penomenal sosial itulah maka perlindungan terhadap anak pada saat ini betul-betul menjadi pembicaraan serius, sampai-sampai masalah ini tertuang dalam Konvensi PBB tentang Hak Anak yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak.











BAB III
PENUTUP

Tantangan terbesar dalam membangun kepribadian anak jaman ini adalah informasi yang rusak dan pengaruh buruk yang diciptakan oleh lingkungan modernitas yang tidak berbasis agama. Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga mereka benar-benar amana, nayaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi lahir dan bathinnya. Padahal mana ada surga yang dibangun di atas keserbakekurangan iman, ilmu dan amal sholeh.
Tugas masyarakat adalah bagaimana menjadikan dirinya aman bagi generasi mereka sendiri. Kini yang terjadi kita semua mencemaskan lingkungan kita sendiri. Bahkan kita hampir-hampir tak percaya dengan sekolah kita bahwa mereka mampu menjadi daerah yang aman bagi anak-anak kita. Tugas besar ini memang mirip dengan tugas kenabian:
”Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al Kitab dan hikmah serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (QS. Al Baqarah:151).

Tetapi bukanklah Allah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menyiapkan generasi yang terbaik untuk setiap jamannya.














DAFTAR PUSTAKA


Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet-Ke 2, 1982)

Imam Bukhari, Sahahidul Bukkari, Terjemahan Zainuddin Hamidi, (Jakarta, 1992, Jilid I Cet ke 13)

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: 1995)

Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur’an, (Jakarta: Hidayah Karya Agung, 1982)

Petrus Sardjonopritjo, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali 1991)

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy-Sifa’ 1981)

Syekh Adil Rasyid Ghamim, Bersikap Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993)

Ervin. A, Bundel Majalah Anda: Hindari Kekerasan dalam Mendidik, (Jakarta: 1975)

Psikologi Indigenius

Psikologi Indigenius

Agama Ibrahim
“Surat Al Baqarah ayat 130-134”








Disusun Oleh :
AL MUNZIR AS-SALAMY, S.Pd.I


Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Oktober 2008


Dalam penafsiran Al-Qur’an tidak dapat hanya dengan menafsirkan berdasar pikiran semata, karena Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka dalam menafsirkan harus mendasarkan kepada al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW terutama yang mengenai sebab-sebab turunnya ayat-ayat itu.
Sesudah itu barulah diperhatikan pula ucapan-ucapan dan pendapat-pendapat para sahabat Nabi dan penjelasan-penjelasan mereka mengenai maksud dari ayat-ayat yang sesuai dengan apa yang diucapkan dan diamalkan oleh Rasulullah SAW. Begitu juga penafsiran dengan penalaran yang disebut juga dengan tafsir bir ra’yi dengan persyaratan tertentu, antara lain tidak bertentang dengan Al-Qur’an dan hadis serta didukung berbagai disiplin ilmu yang terkait.
Didalam tulisan ini, metode yang penulis pakai adalah metode tafsir muqaran (komperastif) dimana dalam memahami maksud ayat melihat ke berbagai kitab tafsir, di mana setiap ayat yang ditafsirkan terambil dari berbagai kitab tafsir. Karena dari perbedaan tafsir-tafsir itu dapat menimbulkan perbedaan memahami ayat-ayat Al Qur’an, maka untuk menarik kesimpulan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, diambil persamaan-persamaan dalam penafsiran tersebut.
Surat Al-Baqarah ayat 130 sampai 134 menerangkan tentang orang-orang yang benci kepada Agama Ibrahim yaitu mereka orang-orang yang di dalam hatinya telah ada rasa dengki dan dendam, karena itu mereka berpura-pura seperti orang-orang yang tidak mengetahui untuk menutupi rasa dengki dan dendam. Mereka adalah orang-orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan buruk dalam berpikir karena mereka menyimpang dari jalan Nabi Ibrahim yaitu orang yang terpilih menjadi kekasih Allah dan diakhirat kelak menjadi seorang yang shaleh dan bahagia.
Allah mengangkat Ibrahim sebagai seorang nabi dan rasul dan telah menjamin bahwa Ibrahim termasuk orang-orang Shaleh. Ibrahim pun menyatakan ketundukannya kepada Allah. Ibrahim pun memberi wasiat kepada putra-putranya agar selalu konsisten dengan agama Islam.
Orang-orang Yahudi sering mengatakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Di antara ucapan mereka adalah mengatakan bahwa Ya’kub berwasiat kepada anak-anak dan cucunya agar menganut agama Yahudi, padahal, yang dilakukan Ya’kub adalah berwasiat agar putra-putranya selalu menganut agama Allah yang dibawa oleh Ibrahim dan Muhammad di kemudian hari.
Umat-umat terdahulu yang telah berbuat, bertindak dan menentukan sikap akan dibalas sesuai dengan perbuatan mereka sendiri. Setiap orang mesti bertanggungjawab atas segala perbuatan, dan juga dibalasi sesuai dengan perbuatan baiknya.
Didalam tulisan ini hal yang perlu diperhatikan adalah dalam memahami setiap kalimat-kalimat yang ditafsirkan dari berbagai tafsir. Karena dari perbedaan tafsir-tafsir itu dapat menimbulkan perbedaan memahami ayat-ayat Al Qur’an. Untuk menarik kesimpulan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, diambil persamaan-persamaan dalam penafsiran tersebut.
















AGAMA IBRAHIM


Surat al Baqarah 130

                    
Artinya: Dan orang yang membenci agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.

• Tafsir Departemen Agama
Dalam tafsir Departemen Agama RI dikemukakan terlebih dahulu korelasi (munasabah) antara ayat-ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya, di mana ayat-ayat sebelumnya menerangkan tugas seorang rasul yang dido’akan Ibrahim kepada Allah SWT. sedangkan ayat ini menjelaskan agama Ibrahim, agama yang sama asasnya dengan agama yang akan disampaikan para rasul yang datang kemudian kepada umatnya. Lebih lanjut dalam Tafsir Departemen Agama dijelaskan, bahwa dalam ayat ini Allah tidak menjelaskan dasar-dasar kepercayaan agama Ibrahim tersebut. dasar-dasar agama Ibrahim itu dijelaskan dalam ayat lain, antara lain dalam surat Ali Imran : 95 :
    •        
Artinya: Katakanlah, benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.
Selanjutnya pada ayat 123 dari surat An-Nahl Allah menjelaskan bahwa agama Ibrahim atau agama Islam ialah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Firman Allah tersebut berbunyi :
    •         
Artinya: Kemudian kami wahyukan kepadamu ( Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah).

Kemudian ditegaskan Allah bahwa beragama itu merupakan fitrah manusia yang dianugerahkan Allah seperti yang ditegaskan Allah dalam surat Ar Rum ayat 30 :
         ••             ••   
Artinya: Maka hadapkanlah mukamu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan –perubahan atas fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani serta musyrik Makkah mengatakan bahwa mereka termasuk anak cucu Ibrahim. Bahkan, mereka membangga-banggakan diri dengan hal itu. Akan tetapi sebenarnya mereka tidak mengikuti agama Ibrahim, yaitu agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi sebaliknya, kebanyakan mereka mengikuti agama yang diciptakan hawa nafsu mereka, seperti menyembah berhala, mensekutukan Allah, mengatakan bahwa Allah mempunyai anak dan lain sebagainya.
Ayat ini merupakan berita gembira bagi Nabi Ibrahim bahwa beliau telah dipilih Allah di dunia di antara hamba-hamba-Nya dan di akhirat termasuk di dalam golongan orang-orang yang saleh. Informasi itu tercakup dalam kalimat : Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.

• Tafsir Al-Maraghi
Dalam melihat munasabah (korelasi) ini, nampaknya terjadi perbedaan antara Tafsir Departemen Agama dengan Tafsir Al-Maraghi, di mana Al-Maraghi melihatnya bahwa pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan tentang ujian kepada Nabi Ibrahim dan dia lulus dalam ujian tersebut secara baik dan sempurna. Selanjutnya dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan millah yang diserukan Ibrahim, yaitu mengajak kepada ajaran tauhid dan Islam (menyerahkan diri) kepada Allah di dalam melaksanakan perbuatan. Tidak sepantasnya seseorang berpaling dari ajaran tersebut, terkecuali bagi orang-orang yang sengaja menjerumuskan diri ke jurang kehinaan.
Adapun maksud ayat 130 ini adalah bahwa ayat ini diawali dengan informasi “ Dan orang yang membenci agama Ibrahim hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri”.
Selanjutnya bila dibandingkan dengan penafsiran Dep. Agama, nampaknya tidak jauh berbeda. Al-Maraghi menjelaskan lebih lanjut di mana seakan-akan Allah mengarahkan pembicaraan-Nya kepada musyrikin Makkah. Sesungguhnya agama kalian adalah agama nenek moyang, Ibrahim yang kalian banggakan. Kemudian kenapa kalian membencinya dan lebih memilih menyembah Tuhan selain Allah yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Apakah kalian tidak berfikir? Kami telah memilihnya di antara makhluk-Ku. Kemudian Kami jadikan anak cucunya sebagai imam-imam yang menggunakan petunjuk-Ku. Dan Kami jadikan Ibrahim sebagai seorang yang disaksikan umat manusia sebagai orang yang ahli kebajikan dan penganjur umat manusia agar mengamalkan ajaran yang dibawa.



• Tafsir Al-Misbah
Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab mengemukakan bahwa tidak ada yang benci kepada Agama Ibrahim, yang amat sempurna lagi jelas itu melainkan orang yang memperbodohi dirinya sendiri, yakni belum atau tidak lurus cara berpikirnya, tetapi menduganya lurus sehingga bertindak keliru. Betapa ia tidak memperbodohi dirinya sendiri, sedangkan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dengan mengangkatnya sebagai Nabi dan teladan. Ada yang menduga bahwa kedudukan yang diperoleh di dunia adalah pertanda tingginya kedudukan di akhirat. Dugaan ini disanggah oleh Allah antara lain dengan menambahkan pada ayat di atas, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Selanjutnya Surat Al-Baqarah ayat 131 :
          
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim). “ Berserah dirilah!” Dia menjawab. “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”

• Tafsir Departemen Agama
Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya oleh Tim Departemen Agama dijelaskan bahwa pada ayat ini Allah memerintahkan agar Ibrahim menjadi seorang muslim, mengakui keesaan Allah, agaama yang sesuai dengan akal pikiran, disertai dengan dalil-dalil atau bukti-bukti yang nyata, agama yang akana dilanjutkan penyampaiannya oleh para rasul yang datang kemudian, termasuk Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Ibrahim AS langsung menjawab perintah Allah itu tanpa menanyatakan sesuatu pun : “ Aku tunduk dan patuh kepada Tuhan semesta alam”. Maksudnya ialah aku murnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah saja. Seluruh wajahku aku hadapkan kepada-Nya. Ibadahku, hidupku dan matiku untuk Tuhan semesta alam. Allah berfirman :
             
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Q.S. Al-An’am: 79).

• Tafsir Al-Maraghi
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi mengatakan bahwa Allah memilih Ibrahim karena seruannya terhadap ajaran Islam setelah melihat tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah dengan mata kepala. Kemudian Ibrahim menyadari dirinya, lalu mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah.
Nabi Ibrahim dilahirkan di suatu lingkungan yang penduduknya menyembah berhala dan bintang-bintang. Kemudian Allah menyinari Nabi Ibrahim dan memberi ilham kebenaran. Akhirnya Nabi Ibrahim menyadari bahwa alam semesta ini hanya mempunyai satu Tuhan yang mengatur dan menciptakan semua yang ada ini, dan hanya kepada-Nya semua ini akan kembali.
Akan tetapi, ajakan Ibrahim ini ditolak oleh kaumnya. Kemudian Ibrahim memberikan jawaban yang membuat kaumnya terheran, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-An’am ayat 80 :
                       •      
Artinya: Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah…

Selanjutnya surat Al-Baqarah : 132
      •          
Artinya: Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub, “Wahai anak-anakku ! Sesungguhnya Allah telah memilih agama untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Lalu firman-Nya dalam Surat Al- Baqarah : 133
                           
Artinya: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’kub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “ Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Mahaesa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya”.

• Tafsir Dep. Agama
Dalam tafsir Depag ini tidak ada kata atau kalimat yang rancu atau membingungkan. Dalam penafsirannya sudah cukup jelas dipahami ditambah dengan tafsir –tafsir pendukung lainnya.
Dalam tafsir ini juga dijelaskan sebab turunnya ayat ini, yaitu ketika orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah SAW. “ Tidakkah engkau mengetahui bahwa Ya’kub dihari-hari menghadapi kematiannya mewasiatkan kepada putra-putranya agar memeluk agama Yahidi? Maka turunlah ayat ini sebagai bantahan terhadap pernyataan orang-orang Yahudi tersebut”. Jadi, ayat ini menentang kebenaran ucapan orang-orang Yahudi, kenapa mereka berani mengucapkan yang demikian, pada hal mereka tidak menghadirinya. Adapun yang diwasiatkan Ya’kub kepada putra-putranya adalah agar mereka menyembah Allah dan agar mereka beragama Islam, yaitu agama yang dianut Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, Isa dan yang dianut oleh para nabi.
• Tafsir Al-Maraghi.
Dalam tafsir Al-Maraghi secara garis besar penafsirannya hampir sama dengan tafsir Depag, hanya dalam tafsir Al-Maraghi ini ada beberapa surat dan hadis lain sebagai pendukung tafsir ini.
“…Dan jauhkanlah aku dan anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.(Ibrahim, 14 : 35)
Maksudnya adalah untuk membuat anak-anaknya agar mereka tetap teguh pada pendiriannya di dalam Islam, ajaran tauhid dan segala perbuatan hanya karena Allah, dan untuk mencari ridha-Nya. Juga menjauhkan diri darikemusyrikan, seperti menyembah berhala dan lain-lain selain Tuhan.
Disini Nabi Ismail disejajarkan dengan ayah, yakni Ya’qub, padahal Ismail adalah pamannya, bukan ayah mereka. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis Nabi yang mengatakan :
“Paman seseorang sama (hukumnya) dengan ayahnya (sendiri)”.
Ayat ini memberikan petunjuk bahwa agama Allah itu tetap satu. Dan di dalam ajaran nabi manapun, intinya adalah tauhid atau mengesakan Allah, di samping menyerahkan diri kepada-Nya dan taat terhadap petunjuk para nabi. Karenanya, banyak kita jumpai para nabi selalu mewasiatkan kepada umatnya seperti yang tersebut di dalam ayat berikut ini :
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu, ‘Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…’”.(Asy-Syura, 42 : 13)


• Tafsir Misbah.
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya? Tentu saja tidak! Kalau demikian, mengapa Allah memerintahkan bertanya tentang kehadiran mereka, bukan bertanya tentang kehadiran mereka. Dalam Taurat maupun Injil tidak ditemukan perintah mempersekutukan Allah, sehingga tidak ada alasan lain yang dapat diajukan oleh mereka yang enggan menyembah Allah, kecuali bahwa mereka sendiri yang pernah mendengarnya langsung.
Ayat ini (Al-Baqarah : 133) menjelaskan wasiat itu dalam bentuk yang sangat meyakinkan. Mereka ditanya oleh Ya’qub, lalu setelah mereka sendiri menjawab, jawaban itulah yang merupakan wasiat Ya’qub : “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mengapa redaksi pertanyaan itu berbunyi “apa” dan bukan ”siapa” yang kamu sembah? Karena kata “apa” dapat mencakup lebih banyak hal dari kata “siapa”. Bukankah ada orang Yahudi pernah menyembah makhluk tak berakal, seperti anak sapi, berhala dan lain-lain. Mereka Menjawab : “ Kami kini dan akan datang terus menerus menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, dan putra Ibrahim dan lagi pamanmu yang sepangkat dengan ayahmu yaitu Ismail dan juga ayah kandungmu wahai ayah kami Ya’qub, yaitu Ishaq.

Selanjutnya Surat Al-Baqarah ayat 134 :
 •        •        
Artinya: Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.


• Tafsir Departemen Agama
Menurut Tafsir Dep. Agama, ayat ini mengisyaratkan umat-umat yang dahulu dan perbuatan-perbuatan mereka, yaitu umat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi yang dido’akannya yang telah diterangkan apada ayat sebelumnya. Dan juga ayat ini menegaskan bahwa manusia itu dinilai dan dibalas berdasarkan amalnya, sehingga tidak seorang pun yang daapat memberi pertolongan kepada mereka selain Allah.
• Tafsir Al-Maraghi
Dalam menjelaskan ayat ini, Al-Maraghi mengaitkannya dengan sunnatullah (ketentuan Allah), di mana Allah tidak akan membalasi kecuali berdasarkan amal perbuatan mereka sendiri. Dan juga tidak akan ditanyakan (diminta pertanggung jawaban) kecuali amal-amal yang mereka kerjakan sendiri. Sebagai penguat, Al-Maraghi mengemukakan firman Allah dalam surat An-Najm ayat 36 -39 :
                        
Artinya: Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa, dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? ( Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
Pembahasan
Dari berbagai tafsir yang dibahas diatas dapat diketahui bahwa dalam Tafsir Departemen Agama dikatakan bahwa dalam ayat ini Allah tidak menerangkan agama Ibrahim itu. Penulis memandang perlu juga dikemukakan walaupun secara singkat apa yang dimaksud dengan millah tersebut.
Sedangkan di dalam Tafsir Al Maraghi Allah menjelaskan millah (agama) yang diserukan Ibrahim, yakni mengajak kepada ajaran Tauhid dan Islam (menyerahkan diri) kepada Allah di dalam melaksanakan perbuatan. Tidak sepantasnya seseorang berpaling dari ajaran tersebut, dan orang yang berakal sehat tentu tidak akan meninggalkan ajaran ini. Terkecuali bagi orang-orang yang sengaja menjerumuskan diri ke jurang kehinaan.
Berbeda lagi dengan Tafsir Al-Mishbah, didalam tafsir tersebut diterangkan kata ( ) millah. Kata millah biasanya diartikan agama, hanya saja berbeda dengan kata din, kata din atau agama dapat diucapkan berdiri sendiri. Di sisi lain kata Millah biasanya digunakan untuk menunjuk kepada sekumpulan ajaran, berbeda dengan kata din yang dapat digunakan untuk menunjuk kepada salah satu atau beberapa rinciannya.



















KESIMPULAN

• Yang benci kepada agama Ibrahim ialah orang orang yang memalingkan tanda-tanda kekuasaan Allah dan didalam hati mereka telah ada rasa dengki dan dendam. Untuk menutupi rasa dengki itu mereka berpura-pura tidak mengerti dan tidak tahu, itulah mereka yang membodohi dirinya sendiri.

• Allah telah mengangkat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul serta telah menjamin bahwa Ibrahim termasuk orang-orang yang saleh dan memberikan tempat yang terhormat di akhirat.

• Ibrahim mematuhi perintah Allah dan menyatakan tunduk dan patuh kepada Tuhan semesta alam. Perintah Allah juga diwasiatkannya kepada anak cucunya dan kaum muslimin agar selalu menganut agama Islam.

• Orang-orang Yahudi mengatakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Mereka berani mengatakan bahwa Ya’kub AS berwasiat kepada anak cucunya agar menganut agama Yahudi, pada hal mereka tidak hadir sewaktu Ya’kub berwasiat itu. Wasiat Ya’kub sebenarnya adalah agar anak-cucunya menganut agama Ibrahim, agama yang hanya menyembah kepada Allah.

• Umat-umat yang telah lalu sudah berbuat, bertindak dan menentukan sikap terhadap nabi mereka. Oleh karena itu, mereka akan dibalas sesuai dengan kadar dan volume amalan mereka. Tidak seorang pun yang akan diminta pertanggungjawaban di luar amal, perbuatan dan tugasnya.

• Sangat banyak sekali kita temukan didalam Alquran tentang kebenarannya agama Ibrahin dan perintah kepada umat manusia untuk mengikuti agama ibrahim yang lurus itu

Jumat, 19 Desember 2008

Perkembangan Anak Normal

MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN ANAK NORMAL DAN KEBIASAAN-KEBIASAANNYA
Ditulis oleh adzanwahiddien di/pada September 26, 2008
PERKEMBANGAN ANAK NORMAL DAN KEBIASAAN-KEBIASAANNYA
Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang tidak akan dapat ditolak, terlepas dari kehendak individu yang bersangkutan. Proses tersebut berjalan dengan kodrati dan melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan olehNya. Alloh berfirman dalam surat Al Mukminun 14 :
وقد خلقكم أطوارا !
Artinya : Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian ( Q.S. 71 : 14 )
Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan individu yang bersifat tetap menuju kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Menurut Werner (1969) yang dikutip oleh Monks dkk dalam buku psikologi perkembangan menyatakan bahwa pengertian perkembangan individu menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja diulang kembali. Perkembangan individu menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali ( Monks Dkk : 2004 : 1 )
Proses perkembangan selalu menuju proses differensiasi dan integrasi. Proses differensiasi artinya ada prinsip totalitas pada diri individu. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi sangat nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan secara berantai. Walaupun tidak ada pemisah yang jelas antara masing-masing tahapan tersebut, proses perkemangan ini bersifat universal.
Dalam proses perkembangan dikenal adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak konstan terkadang naik terkadang turun. Pada suatau saat individu mengalami perkembangan yang tenang pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. ( Alex sobur : 2003 : 143 )
Menurut para ahli psykologi individu biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis yang biasanya disebut Trotz. Masa ini terjadi dalam periode :
1. Periode pertama : terjadi pada usia 2 – 3 tahun dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu mendahulukan kepentingan diri sendiri.
2. Periode kedua : Terjadi pada usia antara 14 – 17 tahun dengan ciri utama sering membantah orang tuanya dan cenderung mencari identitas diri.
Tentang Trotz yang kedua diatas perlu digaris bawahi bahwa usia 14 – 17 tahun bukanlah harga mati. Artinya rentang usia remaja yang mengalami krisis tahap kedua ini dimasing-masing daerah mungkin berbeda boleh jadi lebih cepat atau lebih lambat.
Proses perkembangan individu memiliki karakter kecepatan yang bervariasi. Dengan kata lain ada individu memiliki tingkat perkembangan cepat, sedang dan lambat. Tingkat proses perkembangan individu tersebut diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.
A. Perkembangan Anak
Makna perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih komleks dan lebih berdiferensiasi (Berk, 2003). Jadi berbicara soal perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah perubahan apa saja yang terjadi pada diri seorang anak dalam proses perkembangan ? Untuk menjawab pertanyaan itu maka perlu dipahami tentang aspek-aspek perkembangan.
1. Aspek-Aspek Perkembangan
a. Perkembangan fisik yaitu perubahan dalam ukuran tubuh, proporsi anggota badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta kesehatan.
b. Perkembangan kognitif yaitu perubahan yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk didalamnya rentang perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan sesuatu dengan mengunakan bahasa.
c. Perkembangan sosial-emosional yaitu perkembangan berkomunikasi secara emosional, memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, pengetahuan tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, menjalin persabatan, dan pengertian tentang moral
Harus dipahami dengan sungguh sungguh bahwa ketiga aspek perkembangan itu merupakan satu kesatuan yang utuh (terpadu), tidak terpisahkan satu sama lain. Setiap aspek perkembangan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek lainnya. Sebagai contoh perkembangan fisik seorang anak seperti meraih, duduk, merangkak, dan berjalan sangat mempengaruh terhadap perkembangan kognitif anak yaitu dalam memahami lingkungan sekitar di mana ia berada. Ketika seorang anak mencapai tingkat perkembangan tertentu dalam berpikifr (kognitif) dan lebih terampil dalam bertindak, maka akan mendapat respon dan stimulasi lebih banyak dari orang dewasa, seperti dalam melakukan permaianan, percakapan dan berkomunikasi sehingga anak dapat mencapai keterampilan baru (aspek sosial-emosional). Hal seperti ini memperkaya pengalaman dan pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya semua aspek perkembangan secara menyeluruh. Dengan kata lain perkembangan itu tidak terjadi secara sendiri-sendiri.
2. Periode Perkembangan
Para peneliti biasanya membagi segmen perkembangan anak ke dalam lima periode (Berk, 2003). Ketika anak mencapai perkembangan pada periode tertentu maka akan dipereroleh kemampuan dan pengalaman sosial-emosional yang baru. Periode pra-lahir : sejak masa konsepsi sampai lahir. Pada periode ini terjadi perubahan yang paling cepat. Periode masa bayi dan kanak-kanak: Sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada periode ini terjadi perubahan badan dan pertumbuhan otak yang dramatis, mendukung terjadinya saling berhubungan antara kemampuan gerak, persepsi, kapasitas kecerdasan, bahasa dan terjadi untuk pertama kali berinteraksi secara akrab dengan orang lain. Masa bayi dihabiskan pada tahun pertama sedanga masa kanak-anak dihabiskan pada tahun kedua.
Periode awal masa anak : dari usia 2 tahun sampai 6 tahun. Pada periode ini ukuran badan menjadi lebih tinggi, keterampilan motorik menjadi lebih luwes, mulai dapat mengontrol diri sendiri dan dapat memenuhi menjadi lebih luas. Pada masa ini anak mulai bermain dengan membentuk kelompok teman sebaya. Periode masa anak-anak: dari usia 6 sampai 11 tahun. Pada masa ini anak belajar tentang dunianya lebih luas dan mulai dapat menguasai tanggung jawab, mulai memahami aturan, mulai menguasai proes berpikir logis, mulai menguasai keterampilan baca tulis, dan lebih maju dalam memahami diri sendiri, dan pertemanan. Periode masa remaja: dari usia 11-20 tahun. Periode ini adalah jembatan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Terjadi kematangan seksual, berpikir menjadi lebih abstrak dan idealistik
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Untuk melihat faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak, maka muncul pertanyaan: apakah perkembangan itu prasyarat untuk bisa belajar atau perkembangan itu hasil dari proses belajar ? Pertanyaan itu bisa dijawab ya, bahwa perkembangan itu prasyarat untuk bisa belajar. Artinya jika seorang anak belajar perlu didasari oleh kesiapan (kematangan) yang dicapai dalam perkembangan. Misalnya seorang anak tidak mungkin akan bisa belajar bahasa dan bicara jika belum mencapai kesiapan (kematangan), meskipun lingkungan diciptakan sedemikian rupa agar anak dapat belajar bahasa dan bicara. Sebaliknya, pertanyaan itu bisa dijawab ya bahwa perkembangan itu adalah hasil belajar. Artinya perubahan yang terjadi pada diri seorang anak diperoleh melaui proses interaksi dengan lingkungannya. Misalnya meskipun setiap anak memiliki potensi untuk belajar bahasa dan bicara dan telah mencapai kematangan untuk siap belajar, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mendapatkan rangsangan dari luar (lingkungan) untuk belajar, maka anak itu tidak akan memperoleh keterampilan berbahasa.
Oleh karena itu terdapat hubungan timbal balik atau saling mempenagruhi antara proses belajar dalam lingkungan dengan kematangan perkembangan. Dengan kata lain pada saat tetentu belajar ditentukan oleh kematangan perkembangan, tetapi pada saat yang lain perkembangan adalah hasil dari proses belajar. Konsekuensi dari keadaan ini maka jika seorang anak mengalami hambatan dalam mencapai kematangan perkembangan karena ada gangguan pada aspek fisik atau kognitif atau sosial-emosional maka dapat dipastikan akan mengalami hambatan belajar, dan anak yang mengalami hambatan belajar akan mengalami hamabtan perkembangan. Anak yang mengalami hambatan belajar dan atau hambatan perkembangan, memerlukan layanan khusus dalam pendidikan dan disebut anak berkebutuhan khusus.
Tahap perkembangan berdasarkan psikologi Para ahli yang menggunakan aspes psikologi sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang ada ke fase yang lain. Dalam pekembangannya para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evaluasi, maka pada masa kegoncangan itu evaluasi berubah menjadi revolusi. Kegoncangan psikis itu dialami hamper semua orang, karena itu dapat digunakans ebagai perpindahan darimasa satu kemasa yang lain dalam proses perkembangan. Oswald Kroc mendasarkan pembagian masa perkembangan pada krisis-krisis atau kegoncangan-kegoncangan yang dialami anak dalam proses perkembangannya, yang disebutnya dengan dengan istilah Trotz periode. Menurutnya sepanjang kehidupan ini terdapat tiga kali masa Trotz yaitu :
a. Trotz – periode I, anak mengalami masa krisis pertama ketika ia berusia 3,0 – 5,0 tahun, masa ini disebut juga asa anak-anak awal.
b. Trotz – periode II, anak mengalami masa krisis kedua ketika ia berusia 11 – 12 tahun, masa ini termasuk masa kerahasiaan bersekolah.
c. Trotz – periode III, terjadi pada akhir masa remaja dan lebih tepat disebut dengan masa kematangan diri pada masa kritis.
Sifat-sifat anak trotz ini adalah meraja-raja, egosentris, keras kepala, pembangkang dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan memperoleh kebebasan dan perhatian. Memperhatikan periodesasi yang dikemukakan para ahli diatas baik dari segi biologi, didaktis maupun psikologis, maka dalam makalah ini ditulis urutan-urutan periodesasi sebagai berikut :
1. Masa intra – uterin (masa dalam kandungan) dan masa bayi
2. Masa anak kecil
3. Masa anak sekolah
4. Masa remaja
5. Masa dewasa
B. Kriteria Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan manusia
Sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap tahapan perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelum dan sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami tahapan perkembangan tersebut Ellizabeth Hurlock secara lengkap telah membagi tahapan perkembangan manusia dalam sepuluh tahapan / masa perkembangan, yaitu :
a. Masa sebelum lahir (Prenatal) selama 280 hari
b. Masa bayi baru lahir (new born) 0,0 – 2,0 minggu
c. Masa bayi ( baby hood ) 2 minggu – 2,0 tahun
d. Masa kanak-kanak awal (early childhood) 2,0 – 6,0 tahun
e. Masa kanak-kanak akhir (later childhood) 6,0 – 12,0 tahun
f. Masa puber (puberty) 11,0 / 12,0 – 15,0 / 16,0
g. Masa remaja (adolescence) 15,0 / 16,0 – 21,0 tahun
h. Masa dewasa awal (early adulthood) 21,0 – 40,0 tahun
i. Masa dewasa madya (middle adulthood) 40,0 – 60,0 tahun 10) Masa usia lanjut (later adulthood) 60,0 - …
Dari pembagian tahapan perkembangan diatas berarti bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu berlangsung sejak masa prenatal sampai anak selesai remaja.
C. Tugas-tugas Perkembangan Individu (Kebiasaan)Tugas perkembangan
adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan terseut adalah : kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu. Pembagian tugas-tuhgas pekembangan serta masing-masing fase atau tahapan adalah sebagai berikut :
a. Masa bayi dan anak kecil Untuk Belajar berjalan untuk Belajar makan makanan padat, Belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh Mencapai stabilitas fisiologi,Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang luar, Belajar mengetahui mana yang benar dan masa yang slah serta mengembangkan kata hati.
b. Masa anak sekolah Belajar ketangkasan untuk Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh, Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya, Belajar peran jenis kelamin untuk Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari, Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai, Belajar membebaskan ketergantungan diri untuk Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga.
c. Masa remaja untuk Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif untuk Menerima peranan social jenis kelamin sebagai pria atau wanita untuk Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social untuk Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki untuk Perkembangan skala nilai untuk Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih akurat untuk Persiapan mandiri secara ekonomi untuk Pemilihan dan latihan jabatan untuk Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
Setiap perkembangan manusia berlangsung secara bertahap sejak konsepsi sampai mati. Agar setiap tugas perkembangan, anak dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangan dengan baik diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik, diperlukan bantuan/bimbingan yang lebih baik dari pihak pendidik.(orang tua dan guru) oleh karena itu setiap pendidik harus mengetahui tugas-tugas perkembangan yangharus diselesaikan anak pada setiap tahap perkembangannya.
Kesimpulan
“Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis (perubahan yang bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis), progresif (perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif/fisik mapun kualitatif/psikis), dan berkesinambungan (perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan) dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya”. (Yusuf, 2003:15). Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan secara berantai.
Referensi :
Zaenal Aliminhttp://www.blogger.com/profile/
Agustiani. Hendriati ( 2006 ) Psykologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung. Refika Aditama.
Yusuf Syamsu ( 2007 ) Psykologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Rosdakarya

Senin, 15 Desember 2008

Pengaruh Televisi Terhadap Anak

MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PENGARUH TELEVISI TERHADAP AKHLAK ANAK
Ditulis oleh Al Munzir As-salamy
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini teknologi sudah semakin maju. Dimana orang dalam memerlukan berita atau informasi sudah sangat mudah memperolehnya. Dari sekian banyak kemajuan teknologi salah satu diantaranya adalah pesawat televisi. Berbicara mengenai televisi, tentu ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya, yakni yang menyajikan, yang disajikan dan yang menikmati.
Televisi yang selama ini berperan sebagai media massa elektronik, walaupun dalam bentuk yang paling sederhana, ternyata mampu menggelitik, mempengaruhi dan menggiring seluruh umat manusia untuk membeli dan memilikinya di berbagai belahan bumi ini sehingga boleh jadi, sampai hari ini, sudah sekian milyar pesawat televisi diproduksi banyak pabrik di seluruh dunia. Sementara merk, harga, mutu dan modelnya pun sudah sangat beragam dan banyak pilihan.
Televisi dengan berbagai program acara siarannya selama ini dengan berbagai jenis tayangan informasi dan hiburannya memang selalu menawarkan suatu kenikmatan tersendiri bagi para pemirsanya. Manfaat dan kegunaan pesawat televisi memang bukan tidak ada. Hanya, dibandingkan dengan kerugiannya, manfaat menonton acara televisi sampai saat ini, jauh lebih kecil ketimbang kemudaratan atau kerugian yang akan ditimbulkannya.
Untuk itulah pemerintah telah mengatur Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 24 tahun 1997 tentang Penyiaran. Sebagai dasar pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penyiaran dimana penyiaran merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dalam upaya mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini tercantum dalam BAB Ii Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 tahun 1997.
Pasal 2: Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 3: Penyiaran berdasarkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kemanfaatan, pemerataan, keseimbangan, keserasian dan keselarasan, kemandirian, kejuangan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
Pasal 4: Penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan makmur.
Pasal 5: Penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
Pasal 6: penyiaran diarahkan untuk
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
b. Menyalurkan pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan.
c. Meningkatkan ketahanan budaya bangsa
d. Meningkatkan kesadaran hukum dan disiplin nasional yang mantap dan dinamis
Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa segala macam penyiaran termasuk penyiaran atau tayangan di televisi harus berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Memang tayangan televisi ada manfaat dan mudarat atau kerugiannya. Lebih-lebih apabila pengaruh tayangan yang merugikan atau negatif dicerna oleh anak-anak yang pada gilirannya akan mewarnai pola pikir anak-anak. Apabila pola pikir anak-anak sudah terkontaminasi oleh pikiran yang tidak sehat maka akan terbawa pada usia remaja. Dan kita sadari bahwa remaja adalah bentuk miniatur dari pada kehidupan suatu bangsa. Akan bagaimana Indonesia untuk masa mendatang tergantung dari pada warna anak-anak yang akan menjadi remaja dan bagaimana pola pikir remajanya.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang muncul dalam penyusunan karya ilmiah ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana pengaruh tayangan televisi terhadap akhlak anak?
2. Mengapa tayangan televisi berpengaruh terhadap akhlak anak?
C. Tujuan Penyusunan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh televisi terhadap akhlak anak
2. Untuk mengetahui mengapa tayangan televisi berpengaruh terhadap akhlak anak.
D. Teknik Penyusunan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini dengan menggunakan studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan referensi dan buku-buku sebagai landasan teoritis mengenai masalah yang akan diselesaikan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP AKHLAK ANAK
A. Gambaran Umum Tayangan Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang radio. (Kamus Internasional Populer: 196)
Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah kita jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa surat kabar, radio, atau komputer. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel (Arsyad, 2002: 50). Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.
Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Apa yang kita saksikan pada layar televisi, semuanya merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua unsur yang melengkapinya yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi getaran-getaran listrik, getaran-getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar mengubah getaran getaran-getaran listrik tersebut menjadi gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit. Melalui satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan sehingga masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.
2. Tujuan dan Fungsi Televisi
a. Tujuan
Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 4, bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan makmur.
Jadi sangat jelas tujuan secara umum adanya televisi di Indonesia sudah diatur dalam undang-undang penyiaran ini. Sedangkan tujuan secara khususnya dimiliki oleh stasiun televisi yang bersangkutan, contohnya TVRI “Menjalin Persatuan dan Kesatuan”. Dari uraian di atas penulis dapat mengklarifikasikan mengenai tujuan secara umum adanya televisi atau penyiaran di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
3. Mengembangkan masyarakat adil dan makmur
b. Fungsi
Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang dipergunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 5 berbunyi “Penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan hiburan, yang memperkuat ideology, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan.”
Banyak acara yang disajikan oleh stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga hal ini dapat menarik minat penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu warisan bangsa yang perlu dilestarikan.
Dari uraian di atas mengenai fungsi televisi secara umum menurut undang-undang penyiaran, dapat kita deskripsikan bahwa fungsi televisi sangat baik karena memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Media informasi dan penerangan
2. Media pendidikan dan hiburan
3. Media untuk memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
4. Media pertahanan dan keamanan
3. Manfaat dan Mudarat Televisi
a. Manfaat Televisi
Televisi memang tidak dapat difungsikan mempunyai manfaat dan unsur positif yang berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif afektif maupun psikomotor. Namun tergantung pada acara yang ditayangkan televisi
Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya. Adapun manfaat yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat dari film, sinetron, drama dan acara-acara yang lainnya dengan syarat semuanya itu tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia ataupun merusak akhlak pada anak.
Televisi menarik minat baik terhadap orang dewasa khususnya pada anak-anak yang senang melihat televisi karena tayangan atau acara-acaranya yang menarik dan cara penyajiannya yang menyenangkan.
b. Mudarat Televisi
Kemudaratan yang dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan karena terapan kesannya, maupun kehadirannya sebagai media fisik terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang disajikan. Dalam konteks semacam ini maka kita dapat melihat beberapa kemudaratan itu sebagai berikut:
1. Menyia-nyiakan waktu dan umur
Mengingat waktu itu terbatas, juga umur kita, maka menonton televisi dapat dikategorikan menyia-nyiakan waktu dan umur, bila acara yang ditontonnya terus menerus bersifat hiburan di dalamnya (ditinjau secara hakiki) merusak aqidah kita ini mesti disadari karena kita diciptakan bukan untuk hiburan tapi justru untuk beribadah.
2. Melalaikan tugas dan kewajiban
Kenyataan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, juga sudah menunjukan dengan jelas dan tegas bahwa menonton televisi dengan acaranya yang memikat dan menarik sering kali membawa kita pada kelalaian. Televisi bukan hanya membuat kita terbius oleh acaranya, namun pula menyeret kita dalam kelalaian tugas dan kewajiban kita sehari-hari. Misalnya banyak orang yang malas untuk sholat ke mesjid karena mereka terbius oleh acara atau tayangan televisi.
3. Menumbuhkan sikap hidup konsumtif
Ajaran sikap dan pola konsumtif biasanya terkemas dalam bentuk iklan dimana banyak iklan yang berpenampilan buruk yang sama sekali tidak mendidik masyarakat ke arah yang lebih baik dan positif.
4. Mengganggu kesehatan
Terlalu sering dan terlalu lama memaku diri di hadapan televisi untuk menikmati berbagai macam acara yang ditayangkan cepat atau lambat akan menimbulkan gangguan kesehatan pada pemirsa. Misalnya kesehatan mata baik yang disebabkan karena radiasi yang bersumber dari layar televisi maupun yang disebabkan karena kepenatan atau kelelahan akibat nonton terus menerus.
5. Alat transportasi kejahatan dan kebejatan moral
Sudah merupakan fitrah, bahwa manusia memiliki sifat meniru, sehingga manusia yang satu akan meniru cenderung untuk mengikuti manusia yang lain, baik dalam sifat, sikap maupun tindakannya. Dalam hal adanya berbagai sajian program dan acara yang disiarkan di televisi misalnya, film, sinetron, musik, drama dan lain sebagainya yang paling dikhawatirkan adalah jika tontonan tersebut merupakan adegan dari kebejatan moral contohnya, pembunuhan, pemerkosaan, pornografi yang tentu saja sedikit atau banyak akan ditiru oleh para pemirsa sesuai fitrahnya
6. Memutuskan silaturahmi
Dengan kehadiran televisi di hampir setiap rumah tangga, banyak orang yang merasa cukup memiliki teman atau sahabat yang setia, melalui kenikmatan yang didapat dari berbagai acara televisi yang disajikan di tempat tinggalnya. Akibatnya mereka tidak lagi merasa membutuhkan teman, kawan, sahabat untuk misalnya; saling berbagi suka dan duka, saling bertukar pikiran dan berbagai keperluan lainnya sebagaimana layaknya hidup dan kehidupan suatu masyarakat yang islami.
7. Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar murid
Dalam hal penyebab kemunduran prestasi belajar murid generasi muda dewasa ini, indikasinya adalah kehadiran televisi di tempat tinggal mereka. Lantaran berbagai macam acara hiburan yang ditayangkan dalam televisi yang memikat dan menggiurkan para pelajar. Ternyata mampu memporakporandakan jadwal waktu belajar mereka untuk disiplin waktu belajar, karena mereka sudah terbius oleh pengaruh hingar bingar dan kenikmatan yang ditawarkan oleh berbagai macam hiburan televisi.
B. Gambaran Umum Akhlak Anak
1. Pengertian Akhlak
Secara lughowi akhlak jama’nya khuluk, tingkah laku perangai, bentuk kepribadian. Dan secara sempitnya pengertian akhlak dapat diartikan dengan
a. Kumpulan kaidah-kaidah untuk menempuh jalan yang baik
b. Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak
c. Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan
Pendapat seorang filosof muslim yang bernama ibnu Maskawaih, mendefinisikan akhlak secara luas sebagai berikut:
حَلٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَّاأَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلاَرُوْيَةٍ
Artinya: “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melakukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”
Imam Al Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

هَيْئَةٌ لِلنَّفْسِ أَمَنَةٌ عَنْهَاتَصْدُرُ اْلأَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ وَلاَ رُوْيَةٍ
Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa dan daripadanya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan.”
Sementara ini Prof. Dr. Ahmad Amin membuat definisi, bahwa yang disebut “akhlak” adalah “Adatul-Iradah’ atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisan yang berbunyi:

عَرَّفَ بعْضَهُمْ الْخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلإِرَادَةِ يَعْنِى أَنَ اْلاِرَادَةَاعْتَادَتْ شَيأً فَعَادَتُهُا هِيَ اْلمُسَمَّاةُ بِااْلخُلُقِ
Artinya: “Sebagian orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bisa membiasakan sesuai, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.” (Ahmad Amin, 1999:12)
Dari pengertian-pengertian di atas memberikan suatu gambaran bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat atau tanpa adanya dorongan dari luar. Kalaupun adanya dorongan dari luar sehingga seseorang menampakan kepribadiannya dengan bentuk tingkah laku yang baik pasti akan terlihat tingkah laku sebenarnya.
2. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak terpuji
Yang termasuk akhlak terpuji di antaranya sebagai berikut:
a. Jujur
Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik harta, ilmu, rahasia dan sebagainya yang wajib dipelihara atau disampaikan kepada yang berhak menerimanya
b. Pemaaf
Manusia tidak sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu kepada diri kita yang mungkin karena khilaf atau salah maka maafkanlah sebagai rahmat Allah SWT dan janganlah mendendam
c. Bertolong-menolong
Bertolong-menolong adalah ciri kehalusan budi, kesucian jiwa, ketinggian akhlak dan membuahkan cinta antara sesama manusia.
Memberikan pertolongan jangan karena mengharapkan imbalan tetapi berikan dengan keikhlasan sebagai penunaian tugas kemanusiaan guna mencari keridhoan Tuhan
2. Akhlak tercela
Yang termasuk akhlak yang tercela di antaranya sebagai berikut:
a. Dengki
Ialah membenci nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar nikmat orang lain itu terhapus
b. Dusta
Dusta ialah memberikan sesuatu yang berlainan dengan kejadian yang sebenarnya
Orang yang berdusta menunjukan kelemahan dirinya dan dusta adalah salah satu dari pada tanda munafik
c. Aniaya
Aniaya ialah meletakan sesuatu tidak pada tempatnya dan mengurangi hak yang seharusnya diberikan
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Pertama seseorang mempunyai tingkah laku atau akhlak, karena adanya pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak anak yaitu:
1. Faktor keturunan/keluarga
Faktor keturunan/keluarga merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya. Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak dan karakter anak-anaknya. Pepatah mengatakan “Guru kencing berdiri murid kencing berlari.”
Nabi Muhammad SAW menjelaskan:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِيْهِ اَوْيُنَصِّرَانِيْهِ اَوْيُمَجِّسَانِيْهِ
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah tergantung kedua orang tuanya mau dijadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Didikan dan bimbingan dalam keluarga secara langsung banyak memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak tanduknya. Dan secara tidak langsung gerak langkah dari orang dewasa (baik ayah maupun ibu) terutama sekali oleh seorang anak yang masih memerlukan bimbingan dan perkembangan kematangan hidupnya.
2. Faktor lingkungan/pergaulan
Faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang di samping faktor keturunan dan juga faktor lingkungan, dari faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya.
Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu bagaikan barang tambalan.
اَلصَّاحِبُ رَقْعَةٌ فِيْ قَمِيْسِكَ فَانْظُرْبِمَاتَرْقَعُهُ (الحديث)
Artinya: “Teman itu bagaikan barang tambalan pada pakaianmu, maka lihatlah dengan apa kamu menambalnya.”
Maksud hadits di atas, seseorang harus mampu dengan mempergunakan akalnya di dalam mencari teman yang senantiasa memberikan suatu kebaikan pada kita dalam hidup dan kehidupan.
Menurut seorang penyair Islam yang bernama Syaufi dalam bait syairnya;
مَنْ اَسَرَ اْلأَسْرَفَ اَسَى مُشَرَفًاوَمُسَرَلأََنْجَلِ خَيْرُ مُشَرَفٍ اَوَلَمْ تَرَالْجَلْدَ الْعَفِّرَ مُغَبَلاً بِصَفْرٍ لَمَّاصَرَجِلْدَ الْمُسْحَقْ
Artinya: “Siapa yang berteman dengan orang mulia dia akan ikut mulia, siapa yang berteman dengan orang hina tidak akan ikut mulia. Tidakkah engkau lihat kata syufi betapa kulit kambing yang hina dicium orang ketika kambing berteman dengan al-qur’an) jadi kantong (Qur’an) tapi kulit kambing yang berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap waktu sholat orang memukulnya.”
BAB III
PEMBAHASAN TENTANG PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP AKHLAK ANAK
A. Sejauhmana Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Akhlak Anak
Televisi dapat juga disebut sebagai sebuah keajaiban dalam dunia walaupun hanya berbentuk sebuah kotak elektronik yang sederhana yang mampu secara efektif berperan sebagai media massa dalam berbagai informasi dengan gambar hidup, berwarna-warni dan bergerak. Sehingga dapat memikat, membius dan menggiring seluruh perhatian para pemirsanya itulah sebabnya, sebagian besar pemirsa menganggap bahwa informasi apa saja yang ditayangkan televisi adalah benar, apa saja yang disajikan oleh televisi adalah baik. Sehingga mereka memutuskan bahwa televisi merupakan satu-satunya sumber dan pusat informasi yang benar, baik dan akurat, bahkan televisi dianggap sebagai guru yang wajib diturut dan diikuti, alat yang paling efisien dan efektif untuk mengenal mempelajari dan mendapatkan berbagai hal dalam hidup dan kehidupan ini ketimbang berbagai buku bacaan yang dianggap menyita waktu.
Dari sekian banyak program acara yang disajikan televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonnya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi. Banyak fakta yang kita jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik fakta positif maupun fakta negatif. Sehingga hal ini baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi akhlak penontonnya ke arah positif atau ke arah negatif. Sehingga ada dua pengaruh tayangan televisi terhadap akhlak anak yaitu:
1. Pengaruh yang bersifat positif
Televisi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para pemirsa yang menyaksikan program acara atau tayangan televisi. Adapun pengaruhnya yang bersifat positif sebagai berikut:
a. Adanya sinetron yang bernafaskan keagamaan seperti: rahasia ilahi, kuasa ilahi, dan lain sebagainya.
b. Adanya acara atau tayangan yang bernuansakan pendidikan atau pengetahuan seperti cerdas cermat, berita dan lain sebagainya.
2. Pengaruh yang bersifat negatif
Tayangan televisi tidak hanya memberikan pengaruh yang positif saja tetapi acara televisi lebih banyak memberikan pengaruh yang negatif kepada sikap para pemirsanya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi, sehingga akan mempengaruhi akhlak penonton ke arah negatif. Adapun pengaruhnya tayangan televisi yang bersifat negatif sebagai berikut:
a. Sering menonton televisi akan melalaikan tugas dan kewajiban bagi para pemirsa
b. Sering menonton televisi akan mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar murid
c. Anak-anak cenderung lebih menyukai tayangan yang bernuansakan kekerasan
d. Setelah menonton tayangan televisi mereka suka meniru apa yang telah mereka tonton
B. Mengapa Tayangan Televisi Berpengaruh Terhadap Akhlak Anak
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat bantu yang paling efisien dan efektif. Dimana kesemuanya ini dapat terwujud melalui berbagai program dan tayangan televisi yang dapat dipertangung jawabkan secara moral dan material.
Kebanyakan kegiatan menonton televisi cenderung terencana dan bersifat tak sadar, tiap kali banyak orang mempunyai waktu luang, mereka tiba-tiba saja duduk dihadapan televisinya tanpa diundang banyak niat dan rencana yang tiba-tiba saja dibatalkan, lantaran tergoda, terpanggil, tergelitik untuk menikmati acara tertentu yang disiarkan oleh televisi.
Televisi dengan mudah bisa melahap sebagian besar waktu anak waktu yang dilewatkan di depan layar televisi berarti waktu yang tidak di manfaatkan oleh anak untuk belajar membaca menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga. Apabila tayangan televisi menyajikan acara hiburan atau acara bernuansa kekerasan maka itu anak – anak cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena apa yang di lihat, di tonton di tayangan televisi biasanya anak – anak cenderung akan menirunya tanpa disaring, di filter dan tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih acara yang di sajikan, sehingga takut akan merusak akhlak anak terhadap pengaruh yang ditayangkan oleh televisi oleh karena itu peran pendamping dan bimbingan oleh orang tua kepada anaknya yang sedang menonton atau menikmati tayangan yang di sajikan oleh pesawat televisi di rumah karena setiap harinya banyak anak – anak menghabiskan waktu di depan pesawat televisi sehingga banyak tayangan atau program acara yang dinikmatinya tanpa banyak memikirkan apakah layak di tonton oleh anak – atau dapat merusak akhlak anaknya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian sebagaimana di uraikan di atas penulisan menyimpulkan hal–hal yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan sebagai berikut
1. Dari sekian banyak tayangan yang disajikan televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonnya setelah atau pada saat melihat tayangan televisi. Sehingga hal ini baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi akhlak penontonnya baik pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negatif.
2. Tayangan televisi yang menyajikan acara hiburan atau acara bernuansa kekerasan maka biasanya anak-anak cenderung menyukai tayangan tersebut karena apa yang ditonton di tayangan televisi biasanya anak cenderung akan menirunya sehingga takut akan merusak akhlak anak.
B. Saran– saran
1. Pilihlah program acara televisi yang memang benar – benar bermanfaat bagi seluruh keluarga
2. Gunakan televisi yang ada hanya sebagai media untuk mendapatkan informasi penting seperti cerita
3. Tentukan dan bedakan waktu menonton televisi bagi anak – anak yang belum dan sudah dewasa
4. Batasi waktu menonton televisi untuk anak – anak
5. Alihkan perhatian dan kegemaran anak – anak dalam keluarga dari kecanduan menyaksikan seluruh acara televisi yang di sajikan di setiap harinya kepada bentuk – bentuk kegiatan dan kesenangan baru yang positif seperti membaca dan mempelajari al-qur’an dan hadits, membaca koran, membaca buku dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur, awadl, Dr. (1993). Manfaat Dan Mudarat Televisi, Fikahati Anska, Jakarta
Chen, Milton. (2005). Mendampingi Anak Menonton Telivisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
__________ (1997). Undang–Undang Penyiaran No. 24 Tahun 1997, Sinar Gratika, Jakarta
Amin, Ahmad, (1968). Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta.
Bakar Atjeh, Abu (1963). Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.
Umary, Barmawie, Drs. (1966), Materia akhlak, Cv. Ramadani, Yogyakarta